MATERI DAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MI_SUNAN KALIJAGA, SUNAN DRAJAT, SUNAN MURIA, SUNAN KUDUS, SUNAN GUNUNG JATI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar Belakang
Masalah........................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan
Penulisan................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Riwayat dan Silsilah............................................................................. 3
B.
Kepribadian........................................................................................... 6
C.
Perjuangan
dalam Berdakwah............................................................ 14
D.
Contoh Nilai
Positif............................................................................ 23
E.
Analisis Buku
Ajar.............................................................................. 26
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 29
A.
Kesimpulan...................................................................................... 29
B.
Saran................................................................................................ 29
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Walisongo adalah sekelompok manusia pilihan Allah swt untuk menyebarkan
agama islam dan memberi petunjuk kepada umatnya ke jalan yang benar.Walisongo
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa yang terbagi dari
Surabaya-Gresik-Lamongan JawaTimur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan
Cirebon di Jawa Barat. Keberhasilan Islamisasi Jawa merupakan hasil perjuangan
dan kerja keras Walisongo. Proses Islamisasi berjalan dengan damai, baik
politik maupun kultural, meskipun terdapat konflik itupun sangat kecil sehingga
tidak mengesankan sebagai perang maupun kekerasan ataupun pemaksaan budaya.
Penduduk Jawa menganut dengan suka rela.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1.
Bagaimana Riwayat dan Silsilah Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati?
2.
Bagaimana Kepribadian Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati?
3.
Bagaimana Perjuangan dalam Berdakwah Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati?
4.
Bagaimana Contoh Nilai Positif Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati?
C. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Materi dan
Pembelajaran SKI di MI.
Selain itu ada beberapa tujuan yang lain, di antaranya:
1.
Untuk mengetahui Riwayat dan Silsilah Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati.
2.
Untuk mengetahui Kepribadian Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati.
3.
Untuk mengetahui Perjuangan dalam Berdakwah Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati.
4.
Untuk mengetahui Contoh Nilai Positif Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Gunung Jati.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
dan Silsilah Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan
Gunung Jati
1. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga
diperkirakan lahir pada tahun 1450 M dengan nama Raden Said. Dia adalah putra
adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain
Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang
Sida Brangti dan Raden Abdurrahman. Nama-nama tersebut memiliki kaitan erat
dengan sejarah perjalanan hidup tokoh Walisongo ini dari sejak bernama Said.
Lokajaya, hingga Sunan Kalijaga.
Kakek Sunan Kalijaga
yang bernama Aria Teja, nama aslinya adalah Abdurrahman, orang keturunan Arab.
Karena berhasil mengislamkan Adipati Tuban yang bernama Aria Dikara,
Abdurrahman mengawini putri Aria Dikara. Ketika menggantikan kedudukan
mertuanya sebagai Bupati Tuban, Abdurrahman menggunakan nama Aria Teja. Dari
perkawinan dengan putri Aria Dikara ini, Aria Teja memiliki putra bernama Aria
Wilatikta.Sebelum menikah dengan putri Aria Dikara, Aria Teja telah menikah
dengan putri Raja Surabaya yang bernama Aria Lembu Sura. Dari pernikahan itu,
Aria Teja memiliki seorang putri yang dikenal dengan nama Nyai Ageng Manila
yang kelak diperistri Sunan Ampel.[1]
2. Sunan Drajat
Sunan Drajat yang lahir dengan nama Raden
Qasim, diperkirakan lahir pada 1470 Masehi. Sunan Drajat adalah putra bungsu
Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila. Garis nasab Sunan Drajat sama dengan
Sunan Bonang yakni berdarah Champa-Samarkand- Jawa karena Sunan Ampel,
ayahandanya adalah putra Ibrahim Asmarakandi.[2]Oleh
ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di sebelah
barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban.[3]
3. Sunan Muria
Nama pribadi Sunan Muria ada yang mengatakan
Raden Prawoto, ada pulayang mengatakan Raden Umar Said. Beliau disebut dengan
gelar Sunan Muria karenaberhubungan dengan nama gunung tempat beliau
dimakamkan: Gunung Muria. Silsilahdan kisah hidup Sunan Muria tidak cukup
dicatat dalam tulisan sejarah Jawa.Versi yang pertama, Sunan Muria lahir dengan
nama Raden Umar Said. Ia memilikidua orang adik perempuan, yaitu Dewi Rukayah
dan Dewi Sofiyah. Sewaktu dewasa,Raden Umar Said menikah dengan Dewi Sujinah,
adik kandung Ja’far Shadiq atau SunanKudus putra Usman Haji atau Sunan Ngudung.
Versi kedua disebutkan bahwa Sunan Muria adalah
putra Sunan Ngudung.Disebutkan bahwa dalam pernikahan dengan Dewi Sarifah,
Sunan Ngudung memilikiempat orang putra: (1) Raden Umar Said, (2) Sunan Giri
III, (3) Raden Amir Haji SunanKudus, dan (4) Sunan Giri II. Jika versi silsilah
ini benar, maka Dewi Sarifah istri SunanNgudung adalah adik Sunan
Kalijaga.Versi ketiga Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga.Mengaitkan Sunan
Muriadengan Sunan Kalijaga sebagai anak dan orang tua tampaknya lebih didukung
oleh datahsitoris dibanding menempatkan Sunan Muria sebagai putra Sunan
Ngudung.Di dalamsilsilah keturunan Sunan Muria, misalnya, diketahui bahwa salah
seorang putranya yangbernama Pangeran Santri dikenal dengan gelar Sunan
Adilangu, dan Adilangu adalahkediaman Sunan Kalijaga.[4]
4. Sunan Kudus
Nama Ja’far Shadiq diambil dari
nama datuknya yang bernama Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristerikan Fatimah az-Zahra binti
Muhammad. Sunan Kudus sejatinya bukanlah asli penduduk Kudus, ia berasal dan
lahir di al-Quds negara Palestina. Kemudian bersama kakek, ayah dan kerabatnya
berhijrah ke Tanah Jawa.Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman
Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti
Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel.Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari
Nabi Muhammad.
Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin
Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin
Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih
bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi
bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin
Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin
Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.[5]
Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M
dan di makamkan di Kudus.Di pintu makam Sunan Kudus terukir kalimat asmaul
husma yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M.[6]
5.
Sunan
Gunung Jati
Sunan Gunung Jatibernama Syarif Hidayatullah,
lahir sekitar tahun 1450 M.Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin
Jamaluddin Akbar, seorang Mubalighdan Musafir besar dari Gujarat, India yang
sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbarbagi kaum Sufi di tanah air. Syekh
Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putraAbdullah Khan putra Abdul
Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath,ulama besar di Hadramaut,
Yaman yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melaluicucunya Imam Husain.
Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang
(Syarifah Muda’im) yaitu putridari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari
Nyai Subang Larang, dan merupakanadik dari Kian Santang dan Pangeran
Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana/Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon Girang
yang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi,seorang Muballigh asal Baghdad bernama
asli Idhafi Mahdi bin Ahmad. Ia dimakamkanbersebelahan dengan putranya yaitu
Sunan Gunung Jati di Komplek Astana GunungSembung (Cirebon).[7]
B. Kepribadian Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan
Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati
1. Sunan Kalijaga
Sejak kecil Raden
Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama Kadipaten
Tuban.Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi
dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak.
Walau Raden Said
putera seorang bangsawan dia lebih menyukai kehidupan bebas, yang tidak terikat
adat istiadat kebangsawanan.Dia gemar bergaul dengan rakyat jelata atau dengan
segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga yang paling
atas.Justru karena pergaulannya yang supel itulah dia banyak mengetahui seluk
beluk kehidupan rakyat Tuban.
Niat untuk
mengurangi penderitaan rakyat sudah disampaikan kepada ayahnya.Tapi agaknya
ayahnya tak bisa berbuat banyak.Dia cukup memahaminya pula posisi ayahnya
sebagai adipati bawahan Majapahit.Tapi niatnya itu tidak pernah padam.Jika
malam-malam sebelumnya dia sering berada di dalam kamarnya sembari
mengumandangkan ayat-ayat suci al-Qur’an maka sekarang dia keluar.
Di saat penjaga
gudang Kadipaten tertidur lelap, Raden Said mengambil sebagian hasil bumi yang
ditarik dari rakyat untuk disetorkan ke Majapahit.Bahan makanan itu
dibagi-bagikan kepada rakyat yang sangat membutuhkannya.Hal ini dilakukan tanpa
sepengetahuan mereka.
Penjaga gudang makin
lama makin curiga karena persediaan hasil bumi di gudang semakin sedikit,
mereka ingin mengetahui siapakah pencuri barang hasil bumi di dalam gudang itu.
Suatu malam ia sengaja mengintip dari kejauhan, dari balik sebuah rumah tak
jauh dari gudang kadipaten. Dugaannya benar, ada seseorang yang membuka
pintugudang, hampir tak berkedip penjaga gudang itu memperhatikan pencuri
itu.Dia hampir tak percaya pencuri itu adalah Raden Said putera junjungannya
sendiri. Untuk melaporkannya sendiri kepada adipati Wilatikta ia tak berani.
Kuatir dianggap membuat fitnah. Maka penjaga gudang itu hanya minta dua orang
saksi dari sang adipati untuk memergoki pencuri yang mengambil hasil bumi
rakyat yang tersimpan di gudang.
Raden Said tak
pernah menyangka bahwa malam itu perbuatannya bakal ketahuan. Ketika ia hendak
keluar dari gudang sambil membawa bahan-bahan makanan tiga orang prajurit
kadipaten menangkapnya, beserta barang bukti yang dibawanya. Raden Said dibawa
ke hadapan ayahnya.
Adipati Wilatikta
marah melihat perbuatan anaknya itu.Raden Said tidak menjawab untuk apakah dia
mencuri barang-barang hasil bumi yang hendak disetorkan ke Majapahit. Tapi
untuk itu Raden Said harus mendapat hukuman, karena kejahatan mencuri itu baru
pertama kali dilakukannya maka ia hanya mendapat hukuman cambuk dua ratus kali
pada tangannya. Kemudian disekap selama beberapa hari, tak boleh keluar
rumah.Sesudah keluar dari hukuman dia benar-benar keluar dari lingkungan
istana.Tak pernah pulang sehingga membuat cemas ibu dan adiknya.Dia mengenakan
topeng khusus, berpakaian serba hitam dan kemudian merampok harta orang-orang
kaya di kabupaten Tuban.Terutama orang kaya yang pelit dan para pejabat yang
curang.
Harta hasil rampokan
itu diberikannya kepada fakir miskin dan orang-orang yang menderita lainnya.
Sampai suatu saat, ada yang memfitnah Raden Said dengan menggunakan topeng dan
pakaian yang sama. Pemfitnah tersebut lari ketika hendak ditangkap dan saat itu
pula lewatlah Raden Said, sehingga yang tertangkap adalah Raden Said.Sang
adipati Wilatikta juga sangat terpukul atas kejadian itu. Raden Said yang
diharapkan dapat menggantikan kedudukannya ternyata telah menutup kemungkinan
ke arah itu, sirna sudah segala harapan sang adipati.
Hanya ada satu orang
yang dapat mempercayai perbuatan Raden Said, yaitu Dewi Rasawulan, adik Raden
Said itu berjiwa luhur dan sangat tidak mungkin melakukan perbuatan keji. Dewi
Rasawulan yang sangat menyayangi kakaknya itu merasa kasihan tanpa
sepengetahuan ayah dan ibunya dia meninggalkan istana Kadipaten Tuban untuk
mencari Raden Said untuk diajak pulang.
Kemanakah Raden Said
sesudah diusir dari Kadipaten Tuban? Ternyata ia mengembara tanpa tujuan pasti.
Pada akhirnya dia menetap di hutan Jatiwangi. Selama bertahun-tahun ia menjadi
perampok budiman. Mengapa disebut perampok budiman?Karena hasil rampokkannya
itu tak pernah dimakannya.Seperti dahulu, selalu diberikan kepada fakir miskin.
Yang dirampoknya
hanya para hartawan atau orang kaya kikir, tidak menyantuni rakyat jelata.Dan
tidak mau membayar zakat. Di hutan Jatiwangi dia membuang nama aslinya. Orang
menyebutnya dengan Brandal Lokajaya. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang
lelaki tua berjubah putih, Brandal Lokajaya hendak merampoknya, namun Brandal
Lokajaya malah dinasehati oleh lelaki tua itu.
Ia dinasehati bahwa
apa yang dilakukannya sekarang yaitu bersedekah dengan barang curian/haram sama
halnya dengan orang mencuci pakaian dengan air kencing. Raden Said
tercekat.Lelaki itu melanjutkan ucapannya.Allah itu adalah zat yang baik, hanya
menerima amal dari barang yang baik atau halal. Raden Said makin tercengang
mendengar keterangan itu. Rasa malu mulai menghujam lubuk hatinya.Betapa keliru
perbuatannya selama ini.Dipandangnya sekali lagi wajah lelaki tua itu.Agung dan
berwibawa namun mencerminkan pribadi yang welas asih.Dia mulai suka dan
tertarik dengan lelaki tua berjubah putih tersebut.
Saat Raden Said
terpana dengan lelaki tersebut, lelaki itu menghilang.Namun, ucapan orang tua
tadi masih terngiang ditelinganya.Tentang beramal dengan barang haram yang
disamakan dengan mencuci pakaian dengan air kencing.
Tentang berbagai hal
yang terkait dengan upaya memberantas kemiskinan.Raden Said mengejar orang
itu.Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat
melihat bayangan orang tua itu dari kejauhan.Setelah Raden Said berhasil
mengejar.Raden Said lalu mengutarakan maksudnya untuk berguru.Lelaki itu
menjawab, silakan namun dengan syarat Raden Said mau menunggui
tongkatnya.Lelaki itu kemudian menancapkan tongkatnya ditepi sungai.Raden Said
diperintah menunggui tongkat itu.Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum
orang tua itu kembali menemuinya.
Raden Said bersedia
menerima syarat ujian itu.Selanjutnya lelaki itu menyeberangi sungai. Sepasang
mata Raden Said terbelalak heran, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan
berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air, ia semakin yakin
calon gurunya itu adalah seorang lelaki berilmu tinggi, waskita dan mungkin
saja golongan para wali. Setelah lelaki tua itu hilang dari pandangan Raden
Said, pemuda ini duduk bersila dia teringat suatu kisah ajaib yang dibacanya di
dalam al-Qur’an yaitu kisah Ashabul Kahfi, maka ia segera berdoa kepada Tuhan
supaya ditidurkan seperti para pemuda di Goa Kahfi ratusan tahun yang silam. Doanya
dikabulkan.Raden Said tertidur dalam semedinya selama tiga tahun.
Akar dan rerumputan
telah merambati tubuhnya dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya.
Setelah tiga tahun lelaki berjubah putih itu datang menemui Raden Said. Tapi
Raden Said tak bisa dibangunkan.Barulah setelah mengumandangkan adzan pemuda
itu membuka sepasang matanya.Tubuh Raden Said dibersihkan, diberi pakaian baru
yang bersih.Kemudian dibawa ke Tuban.Mengapa dibawa ke Tuban?Karena lelaki
berjubah putih itu adalah sunan Bonang.Raden Said kemudian diberi pelajaran
agama sesuai dengan tingkatannya yaitu tingkat para waliyullah.Di kemudian hari
Raden Said terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.Kalijaga artinya orang yang
menjaga sungai, karena dia pernah bertapa ditepi sungai.
Ada yang mengartikan
Sunan Kalijaga adalah penjaga aliran kepercayaan yang hidup pada masa
itu.Dijaga maksudnya supaya tidak membahayakan umat, melainkan diarahkan kepada
ajaran Islam yang benar. Ada pula yang menyatakan nama Kalijaga berasal dari
bahasa Arab “Qadli” dan nama aslinya sendiri, “Joko Said”, jadi frase asalnya
ialah “Qadli Joko Said” (artinya Hakim Joko Said). Seperti halnya Syahadatain
menjadi Sekaten, Kalimah Syahadat menjadi Kalimosodo, Dzulqaidah menjadi
Dulkangidah, maka Qadli Joko Said menjadi Kalijaga.[8]
2. Sunan Drajat
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin
atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran
Islam dikuasai, ia mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI
Masehi. Ia memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom
kerajaan Demak selama 36 tahun. Ia sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal
berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih
dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang
ajaran Islam.
Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja
keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.Usaha
ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk
mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi. Sebagai penghargaan atas
keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan
dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, ia memperoleh gelar Sunan
Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520
Masehi.
Sunan Drajat terkenal akan kearifan dan
kedermawanannya. Ia menurunkan kepada para pengikutnya kaidah tak saling
menyakiti, baik melalui perkataan maupun perbuatan. Bapang den simpangi, ana
catur mungkur, demikian petuahnya. Maksudnya: jangan mendengarkan
pembicaraan yang menjelek-jelekan orang lain, apalagi melakukan perbuatan itu.[9]
3. Sunan Muria
Bahwa Sunan Muria itu adalah Wali yang sakti,
kuat fisiknya dapat dibuktikan dengan letak Padepokannya yang terletak di atas
gunung. Jarak antara kaki undagundagan atau tangga dari bawah bukit sampai ke
makam Sunan Muria tidak kurang dari 750 m. Bayangkanlah, jika Sunan Muria dan
istrinya atau dengan muridnya setiap hari harus naik turun, turun naik guna
menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat, atau berdakwah kepada para
nelayan dan pelaut serta para pedagang.
Hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa adanya
fisik yang kuat.Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat dilakukan untuk
mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus jalan kaki.Itu berarti Sunan Muria
memiliki kesaktian tinggi, demikian pula muridmuridnya.Sunan Muria adalah tokoh
agama yang amat bersahaja.Dia tidak berkaitan dengan hal-hal politik atau
popularitas yang memungkinkan kisahnya lebih banyak tertulis dalam sejarah.
Sebagai wali, Sunan Muria lebih banyak
membenamkan dirinya dalam kehidupan rakyat kecil, yang miskin.Para muridnya
kebanyakan dari kalangan para petani, pedagang, dan nelayan kecil.Dia berbaur
dan menyelami setiap sisi terdalam kehidupan masyarakat.Langkahnya yang
sederhana ini telah membawanya menciptakan tembang sinom dan kinanti. Satu
tindakan lain yang membuktikan sunan Muria menyusup dalam lubuk hati rakyat
adalah tidak dilarangnya tradisi melakukan kenduri setelah kematian seseorang.[10]
4. Sunan Kudus
Meskipun beliau bernama Sunan Kudus, namun
sebenarnya bukan asli dari Kudus.Beliau pendatang dari daerah Jipang Ponolan
yang merupakan daerah di sebelah utara Blora. Di sana, ia dilahirkan dan diberi
nama Ja’far Shodiq.
Ja’far Shodiq tidak merasa asing ketika
bertanggung jawab sebagai Senopati.Karena saat beliau masih remaja, beliau
tidak hanya mempelajari ilmu agama, namun juga ilmu ilmu yang lain, seperti
ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan perdagangan. Selain kepada
ayahnya, ia juga pernah menimba ilmu kepada Sunan Ampel dan Kiai Telingsing.
Sebenarnya nama asli dari Kiai Telingsing adalah Tai Link Tsing, ia berasal
dari China. Ketika itu China sudah dikenal sebagai Negara yang maju.Bahkan,
negara China sudah maju sejak dulu.
Pada kenyataannya, Ja’far Shodiq sebagai
senopati kerajaan Demak Bintoro, mampu membuktikan kehebatannya yang tak kalah
dengan kepiawaian ayahnya di medan perang. Ia berhasil mengembangkan wilayah
kerajaan Demak ke arah timur hingga mencapai Madura, dan arah barat hingga Cirebon.
Kemudian sukses ini memunculkan cerita kesaktiannya.Misalnya, sebelum perang,
Ja’far shodiq diberi badong, semacam rompi, oleh Sunan Gunung Jati.Badong itu
dibawahnya berkeliling arena perang.
Dari badong sakti itu, keluarlah jutaan tikus
yang juga sakti.Kalau dipukul maka tikus itu tidak mati, namun mereka semakin
mengamuk sejadi-jadinya.Pasukan Majapahit ketakutan sehingga mereka lari
tunggang langgang.Ja’far Shodiq juga mempunyai sebuah peti, yang bisa
mengeluarkan jutaan tawon. Banyak prajurit Majapahit yang tewas disengat tawon
itu. Pada akhirnya, pemimpin pasukan majapahit, yaitu adipati Terung menyerah
pada pasukan Ja’far Shodiq.
Kesuksesannya mengalahkan Majaphit membuat
posisi Ja’far Shodiq semakin kuat. Kemudian ia meninggalkan Demak karena ingin
hidup merdeka dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama Islam.
Lalu, ia pergi menuju ke Kudus. Namun, kedatangannya di Kudus tidak jelas.
Ketika ia menginjakkan kaki di Kudus, kota itu masih bernama Tajug, konon orang
yang mula-mula mengembangkan Islam di kota Tajug sebelum Ja’far Shodiq adalah
Kiai Telingsing. Cerita ini menunjukkan bahwa kota itu sudah berkembang sebelum
kedatangannya.
Awalnya, Ja’far Shodiq hidup di tengah jamaah
dalam kelompok kecil di Tajug.Jamaah itu merupakan para santri yang dibawanya
dari Demak.Sebenarnya mereka adalah tentara yang ikut bersama Ja’far Shodiq
memerangi Majapahit. Setelah jamaahnya semakin banyak ia kemudian membangun
masjid sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama Islam.
Tempat ibadah yang diyakini dibangun oleh
Ja’far Shodiq adalah masjid Menara Kudus yang masih berdiri hingga kini. Masjid
ini didirikan pada 956 H yang bertepatan dengan 1549 M. Adapun mengenai asal
usul nama Kudus bahwa Sunan Kudus pernah pergi naik haji sambil menuntut ilmu
di tanah Arab, kemudia ia juga mengajar di sana. Konon, masyarakat arab waktu
itu terjangkit suatu wabah penyakit yang membahayakan. Dan, penyakit itu mereda
berkat jasa Sunan Kudus.Karena itu, seorang pejabat setempat berkenan untuk
memberikan sebuah hadiah kepadanya. Tetapi ia menolaknya dan hanya meminta
sebuah batu sebagai kenang-kenangan.
Menurut suatu cerita, batutersebut berasal dari
kota Baitul Maqdis atau Jerussalem. Maka, untuk memperingati kota tempat Ja’far
Shodiq hidup dan tinggal, kemudian ia memberinya nama Kudus.
Kota Tajug pun mendapat nama baru, yakni Quds,
yang kemudian berubah menjadi Kudus. Kemudian pada akhirnya Ja’far Shodiq
sendiri dikenal dengan sebutan Sunan Kudus.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus
mengikuti gaya SunanKalijaga, yakni menggunakan model “tutwuri handayani”.
Artinya, Sunan Kudus tidakmelakukan perlawanan keras, melainkan mengarahkan
masyarakat. Sebab, ia memangbanyak berguru pada Sunan Kalijaga. Cara berdakwah
Sunan Kudus pun yang menirucara yang dilakukan Sunan Kalijaga, yaitu
menoleransi budaya setempat, bahkancara penyampaiannya lebih halus. Itu
sebabnya para wali menunjuk dirinya untukberdakwah di kota Kudus.[11]
5. Sunan Gunung Jati
Raden Syarif Hidayatullah mewarisi
kecenderungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh Maulana Akbar sehingga ketika
telah selesai belajar agama di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan ke
Timur Tengah. Babad Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuana membangun kota
Cirebon, ia wafat dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah
Raden Syarif Hidayatullah mengambil peranan membangun kota Cirebon dan menjadi
pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu.[12]
C. Perjuangan dalam Berdakwah Sunan Kalijaga,
Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati
1.
Sunan
Kalijaga
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan
mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung
“sufistik berbasis salaf” bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga
memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia
berpendapat bahwa masyarakat akanmenjauh jika diserang pendiriannya. Maka
mereka harus didekati secara bertahap:mengikuti sambil memengaruhi. Sunan
Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudahdipahami, dengan sendirinya kebiasaan
lama hilang.Tidak mengherankan, ajaranSunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam
mengenalkan Islam.Ia menggunakan seni ukir,wayang, gamelan, serta seni suara
suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu sulukciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir
dan Gundul-gundul Pacul.
Dialah menggagas bajutakwa, perayaan sekatenan,
garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasadadan Petruk Dadi
Ratu (“Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton,
alun-alundengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan
Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif.Sebagian
besar adipati di Jawa memelukIslam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah
adipati Pandanaran, Kartasura,Kebumen, Banyumas, serta Pajang.Sunan Kalijaga
meneruskan pengembaraannya, berdakwah atau menyebarkanagama Islam di Jawa
Tengah hingga ke Jawa Barat.Beliau sangat arif dan bijaksanadalam berdakwah
sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Di antara Walisongo, Sunan Kalijaga dikenal
sebagai wali yang paling luas cakupanbidang dakwahnya dan paling besar
pengaruhnya di kalangan masayarakat. Sebab,selain berdakwah dengan cara
berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sebagaidalang, penggubah tembang,
penari topeng, perancang pakaian, perancang alat-alatpertanian, penasihat
sultan dan pelindung rohani kepala-kepala daerah.[13]
2. Sunan Drajat
Sunan Drajat memperkenalkan Islam melalui
konsep dakwah bil-hikmah, dengancara-cara bijak, tanpa memaksa. Dalam
menyampaikan ajarannya, Sunan menempuhlima cara. Pertama, lewat
pengajian secara langsung di masjid atau langgar.Kedua,melalui
penyelenggaraan pendidikan di pesantren.Selanjutnya ketiga, memberi
fatwaatau petuah dalam menyelesaikan suatu masalah.
Cara keempat, melalui kesenian
tradisional.Sunan Drajat kerap berdakwah lewattembang pangkur dengan iringan
gamelan. Terakhir kelima, ia juga menyampaikanajaran agama melalui
ritual adat tradisional, sepanjang tidak bertentangan denganajaran Islam.
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan
kini terabadikan dalamsap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan
Drajat. Secara lengkap maknafilosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut
:
a.
Memangun
resep tyasing Sasoma (kita
selalu membuat senang hati orang lain).
b.
Jroning
suka kudu éling lan waspada (di
dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada).
c.
Laksmitaning
subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita
luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan).
d.
Mèpèr
Hardaning Pancadriya (kita
harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu).
e.
Heneng-Hening
- Henung (dalam
keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah
kita akan mencapai cita - cita luhur).
f.
Mulya
guna Panca Waktu (suatu
kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan shalat lima waktu).
g.
Mènèhana
teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana
busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (maknanya kurang lebih demikian “Berilah ilmu
agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin,
Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan
orangyang menderita”).
Sunan Drajat meninggal tahun 1522 Masehi.Beliau
wafat dan dimakamkan didesa Drajad, kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa
Timur.Tak jauh darimakam beliau telah dibangun Museum yang menyimpan beberapa
peninggalan dijaman Walisongo.Khususnya peninggalan beliau di bidang
kesenian.Sedangkan lahanbekas tempat tinggal Sunan kini dibiarkan kosong.[14]
3. Sunan Muria
Dalam melakukan dakwah, ia menggunakan cara
yang seperti digunakanayahnya, yaitu dengan cara yang halus. Ibarat mengambil
ikan, tetapi jangan sampaimengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuhnya
untuk menyiarkan agama Islam disekitar Gunung Muria. Tempat tinggal sunan muria
memang di puncak Gunung Muria;yang salah satu puncaknya bernama Colo. Gunung
tersebut terletak di sebelah utarakota Kudus.
Sasaran dakwah dari Sunan Muria adalah para
pedagang, nelayan, pelaut danrakyat jelata.Ia adalah salah satu wali yang tetap
mempertahankan kesenian gamelandan wayang sebagai alat dakwah untuk
menyampaikan Islam. Dan, ia juga yang telahmenciptakan berbagai tembang Jawa,
yaitu tembang Sinom dan Kinanti.
Metode yang merupakan lanjutan dari kerja
dakwah ayahnya ini menyebabkanSunan Muria lebih mengenal tradisi Jawa.Dia juga
dikenal sebagai seorang senimanyang melestarikan gamelan dan kesenian tradisi lainnya.
Melalui cara ini Sunan Muriamulai sedikit demi sedikit memasukkan ajaran agama
dan syariat Islam. Inilah awalmasuknya penyebaran Islam yang dilakukan oleh
Sunan Muria, dengan begitu rakyattidak terkejut dengan ajaran baru Islam.
Pembenaran tentang ajaran Islam diterimarakyat
secara rasional, sebab berjalan di wilayah yang akrab dengan mereka.Syair-syairJawa
diubah liriknya dengan kebajikan-kebajikan Islam.Rakyat mengenal Islamsebagai
sesuatu yang lembut.Metode ini masih berlangsung hingga saat ini di Jawa.Begitu
dekatnya Sunan Muria dengan rakyatnya hingga luasnya wilayah dakwahmerambah
sampai daerah permukiman terpencil.Seperti daerah Gunung Muriasendiri sangat
terpencil namun dakwahnya sampai wilayah ke Pati, pesisir Jawa, selaintentunya
Kudus.
Jauh sejak zaman Walisongo, Sunan Muria telah
mengajarkan pengikutnyauntuk bersama meruwat bumi.Hampir tak pernah disebut dan
memang jarangyang tahu ihwal kontribusi dakwah Walisongo terhadap pelestarian
bumi.
Walisongo selama ini lebih banyak dipahami sebagai
penyebar agama Islamdi tanah Jawa yang hanya menyampaikan risalah ketauhidan
semata.SunanMuria juga megajarkan untuk melestarikan alam, agar terhindar dari
bencanalongsor.Masyarakat diajak untuk bersama-sama menanam pohon dan
menjagakelestarian alam.Menamam pohon Pari Joto, Pakis Haji, dan Jati.Serta
menjagakebersihan mata air yang ada.[15]
4. Sunan Kudus
Ketika itu, masyarakat Kudus masih banyak yang
menganut agama Hindu.Maka,Sunan Kudus berusaha memadukan kebiasaan agam Hindhu
ke dalam syariat Islamsecara halus. Misalnya, ia justru menyembelih Kerbau
bukan Sapi ketika Hari Raya IdulQurban. Itu merupakan dari penghormatan Sunan
Kudus kepada para pengikut Hindu.Sebab, ajaran agama Hindu memerintahkan untuk
menghormati Sapi.
Setelah berhasil menarik umat Hindu memeluk
agama Islam, Sunan Kudusbermaksud menjaring umat Budha untuk memeluk Islam
juga.Ia memiliki cara yangcukup unik untuk menarik perhatian mereka. Setelah
Sunan Kudus mendirikan masjid,ia membuat padasan (tempat berwudhu), dengan
pancuran berjumlah delapan.Masing-masing pancuran diberi arca di atasnya.
Mengapa Sunan Kudus melakukan ini?Ternyata,
Sunan Kudus ingin menariksimpati umat Buddha karena dalam ajaran Budha terdapat
delapan ajaran yangdinamakan asta sanghika marga. Isi ajaran tersebut
adalah seseorang harus memilikipengetahuan yang benar, mengambil keputusan yang
benar, berkata yang benar,bertindak atau berbuat yang benar, hidup dengan cara
yang benar, bekerja denganbenar, beribadah dengan benar dan menghayati agama
dengan benar.
Akhirnya, usaha itu pun membuahkan hasil,
sehingga banyak orang yangbergama Budha berbondong-bondong memeluk Islam.
Demikian pula dalam hal adatistiadat, ia tidak langsung menentang masyarakat
yang melenceng dari ajaran Islamsecara keras. Sebagai contoh, masyarakat sering
menabur bunga di perempatan jalan,mengirim sesajen di kuburan dan adat lain
yang melenceng dari ajaran Islam.
SunanKudus tidak langsung menentang adat itu,
tetapi ia mengarahkannnya sesuai ajaranIslam dengan pelan-pelan. Misalnya,
Sunan Kudus mengarahkan agar sesajen yangberupa makanan diberikan kepada orang
yang kelaparan.Ia juga mengajarkan bahwameminta permohonan bukan kepada ruh,
tetapi kepada Allah Swt.
Dengan cara yang simpatik tersebut membuat para
penganut agama lain bersediamendengarkan ceramah agama Islam dari Sunan Kudus.
Surat Al Baqarah yang dalambahasa arab berarti sapi, sering dibacakan oleh
Sunan Kudus untuk lebih memikatpendengar yang beragama Hindu. Bahkan membangun
Masjid Kudus dengan tidakmeninggalkan unsur aristektur Hindu. Sebab, bentuk
menaranya tetap menyisakanarsitektur gaya Hindu.
Di antara bekas peninggalan Sunan Kudus adalah
Masjid RayaKudus yang kemudian dikenal dengan sebutan Menara Kudus.Di halaman
masjidtersebut terdapat sebuah menara kuno yang indah.
Kebiasaan unik Sunan Kudus dalam berdakwah,
yakni ia selalu mengadakanacara Bedug Dandangan. Acara ini merupakan kegiatan
menunggu kedatangan BulanRamadhan.Ia menabuh beduk bertalu-talu untuk
mengundang para jamaah ke masjid.Ia pun mengumumkan hari pertama puasa setelah
jamaah berkumpul di masjid.
Sunan Kudus sendiri wafat dan dimakamkan di
sebelah barat Masjid Jami’ Kudus.Jika orang memandang menara Masjid Kudus ada
yang lain, aneh, dan artistik, merekapasti akan segera teringat pada
pendidirinya, yaitu Sunan Kudus.[16]
5. Sunan Gunung Jati
Sering kali terjadi kerancuan antara nama
Fatahillah dengan Syarif Hidayatullahyang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang
menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullahadalah satu, tetapi yang benar
adalah dua orang.
Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaranadalah
seorang penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan
GunungJati.Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan
Trengganamembantu Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis.Bukti bahwa
Fatahillahbukan Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung Jati yang ada
tulisanTubagus Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut
Lidah OrangPortugis.
Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im
datang ke negeri CarubanLarang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir dahulu
di Gujarat dan Pasai untukmenambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira
oleh Pangeran Cakrabuanadan keluarganya. Syekh Datuk Kahfi sudah wafat, guru Pangeran Cakrabuana
danSyarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Dengan alasan agar selalu
dekatdengan makam gurunya.Syarifah Muda’im minta diizinkan tinggal di
Pasambanganatau Gunung Jati.
Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif
Hidayatullah meneruskan usaha SyekhDatuk Lahfi.Sehingga kemudian hari Syarif Hidayatullah
terkenal sebagai SunanGunung Jati.Tibalah saat yang ditentukan, pangeran
Cakrabuana menikahkan anaknyayaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah.
Selanjutnya yaitu pada tahun 1479karena usia lanjut pangeran Cakrabuana
menyerahkan kekuasaan negeri Carubankepada Syarif Hidayatullah dengan gelar
Susuhunan yaitu orang yang dijunjung tinggi.
Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya
Syarif Hidayatullah berkunjungke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu
Prabu Siliwangi.Sang Prabu diajakmasuk Islam kembali tetapi tidak mau.Meski
Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam,dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan
agama Islam di wilayah Pajajaran.Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan
perjalanannya ke Serang.
PendudukSerang sudah ada yang masuk Islam
dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab danGujarat yang sering singgah ke
tempat itu.Kedatangan Syarif Hidayatullah disambutbaik oleh Adipati
Banten.Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan puteriAdipati Banten yang
bernama Nyi Kawungten.Dari perkawinannya inilah kemudianSyarif Hidayatullah
dikaruniai dua orang anak yaitu Nyi Ratu Winaon dan PangeranSebakingking.
Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa,
Syarif Hidayatullahatau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau
sering bermusyawarah dengananggota para wali lainnya di masjid Demak. Bahkan
disebutkan beliau juga membantuberdirinya masjid Demak.
Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para
wali lainnya ini akhirnya SyarifHidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati
dan ia memploklamirkan diri sebagairaja yang pertama dengan gelar Sultan.
Dengan berdirinya Kesultanan tersebut
Cirebontidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan
lewat KadipatenGaluh.
Pada tahun 1480 Masjid Agung Sang Ciptarasa
dibangun atas prakarsa Nyi RatuPakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati. Dari
pembangunan mesjid itu melibatkanbanyak pihak, diantaranya Wali Songo dan
sejumlah tenaga ahli yang dikirim olehRaden Patah.Dalam pembangunan itu Sunan
Kalijaga mendapat penghormatan untukmendirikan Soko Tatal sebagai lambang
persatuan umat.Selesai membangun mesjid,diteruskan dengan membangun jalan raya
yang menhubungkan Cirebon dengandaerah-daerah Kadipaten lainnya untuk
memperluas pengembangan Islam diseluruhtanah Pasundan.Prabu Siliwangi hanya
bisa menahan diri atas perkembangan wilayahCirebon yang semakin luas itu.Bahkan
wilayah Pajajaran sendiri sudah semakinterhimpit.
Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa
Portugis.Selanjutnya merekaingin memperluas kekuasaannya ke pulau
Jawa.Pelabuhan Sunda Kelapa yang jadiincaran mereka untuk menancapkan kuku
penjajahan.Demak Bintoro tahu bahayabesar yang mengancam kepulauan
nusantara.Oleh karena itu Raden Patah mengirimadipati Unus atau Pangeran
Sabrang Lor untuk menyerang Portugis di Malaka.Adasalah seorang pejuang Malaka
yang ikut ke tanah jawa yaitu Fatahillah.Ia bermaksudmeneruskan perjuangannya
di tanah Jawa. Dan dimasa Sultan Trenggana ia diangkatmenjadi panglima perang.
Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari
pengalamannya bertempur di Malakatahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara
dan siasat Portugis.Itu sebabnya dia dapatmemberi komando dengan tepat dan
setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawahasil gemilang.
Akhirnya Portugis dan Pajajaran kalah, Portugis
kembali ke Malaka,sedang tentara Pajajaran cerai berai tak menentu
arahnya.Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan
parapemberontak yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran.Usaha ini tidak menemui
kesulitankarena Fatahillah dibantu putera Sunan Gunung Jati yang bernama
PangeranSebakingking.
Dikemudian hari Pangeran Sebakingking ini
menjadi penguasa Bantendengan gelar Pangeran Hasanuddin.Kesultanan Pakungwati
menjalin hubungan baik dengan kekaisaran China, bahkanSunan Gunung Jati menikah
dengan puteri ong Tien. Pernikahan antara puteri Ong Tiendengan Sunan Gunung
Jati terjadi pada tahun 1481, tapi sayang pada tahun 1485 puteriOng Tien
meninggal dunia. Maka jika anda berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati diCirebon
janganlah merasa heran disana banyak ornamen Cina dan nuansa Cina lainnya.Memang
ornamen dan barang-barang antik itu berasal dari Cina.
Keberhasilan Sunan Gunung Jati menegakkan
kekuasaan Islam di Cirebon danBanten, memberikan tidak saja keleluasaan dakwah
Islam di bumi Sunda, melainkantelah menjadikan keraton sebagai pusat kesenian
dan kebudayaan yang bernuansaagama sehingga menjadikan gerakan dakwah Islam
dengan cepat meluas hingga keseluruh pelosok wilayah Pasundan. Dan, dengan
semakin menguatnya kekuasaanKeraton Cirebon dan Banten, yang gencar menyebarkan
dakwah Islam, sisa-sisakekuasaan Raja Sunda semakin lama semakin lemah, di mana
pada era SultanMaulana Yusuf, cucu Sunan Gunung Jati, menaiki takhta Banten,
dilakukan penuntasanpenaklukan atas sisa-sisa kekuasaan Kerajaan Pajajaran pada
tahun 1575 Masehi.
Demikianlah, melalui Keraton Cirebon dan
Banten, berbagai gerakan dakwahmelalui pengembangan seni dan budaya dilakukan
secara persuasif dan sistematis, dimana unsur-unsur Hindhu-Budha lama tidak
dihilangkan, melainkan dipadukan secaraharmonis dengan ajaran Islam, yang menjadikan
Islam dianut oleh hampir seluruhpenduduk bumi Pasundan.Sunan Gunung Jati
meninggal tahun 1568 M pada usia 120 tahun dan dimakamkandi Bukit Gunung Jati,
Cirebon.[17]
D. Contoh Nilai Positif Sunan Kalijaga, Sunan
Drajat, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati
1.
Sunan
Kalijaga
Bercermin dari perjuangan yang telah dilalui
oleh Sunan Kalijaga dalamkehidupannya, dapat kita petik nilai positif sebagai
berikut:
a. Memikirkan nasib kaum fakir miskin dan berusaha
menyantuninya.
b. Mau menerima nasihat dari siapapun walalupun
belum dikenalnya, asalkan berisi kebaikan.
c. Demi mendapatkan ilmu yang diinginkannya,
beliau bersedia menerima syarat dari guru, walaupun berat syarat tersebut.
d. Memahami kesenangan umat dan selanjutnya
mengemas kesenangan tersebut,misalnya wayang, dengan disusupi oleh nilai-nilai
keislaman.
2.
Sunan
Drajat
Sunan Drajat sebagai wali penyebar Islam dapat
kita petik nilai positifnya antara lain:
a.
Mempunyai
jiwa sosial yang tinggi atas masyarakat sekitarnya.
b.
Sangat
memperhatikan nasib kaum fakir miskin.
c.
Penanaman
motivasi untuk mempunyai etos kerja yang tinggi.
d.
Menyebarkan
Islam dengan cara santun, dakwah bil-hikmah, dengan cara-carabijak, tanpa
memaksa.
3. Sunan Muria
Sunan Muria yang makamnya ada di gunung serta
kehidupannya yang melekatbersama dengan masyarakat kecil di sekitarnya dapat
kita ambil hikmah sebagaiberikut:
a.
Sebagai
hamba Allah, Sunan Muria tetap memadukan antara menjaga kesehatan hati dengan
berzikir, kesehatan pikiran dengan menimba ilmu, serta kesehatan fisik dengan melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki.
b.
Sebagai
pendakwah, Sunan Muria sangat membaur dengan masyarakat di sekitarnya,
memperbaiki akhlak mereka sembari meluruskan sejalan dengan ajaran Islam.
c.
Menjaga
ekosistem alam dan mengedepankan konservasi alam serta lingkungannya, hal ini
selaras dengan tugas manusia yangg merupakan Khalifatullah fi al-ardl(Khalifah/wakil
Allah di muka bumi)
4. Sunan Kudus
Nilai positif yang dapat kita ambil dari Sunan
Kudus adalah:
a. Sunan Kudus merupakan ulama yang sekaligus
sebagai senopati perang, beliaubersedia membela agama baik dengan lisan,
pemikiran, juga fisiknya.
b. Sikap toleransi yang tinggi terhadap penganut
agama lain.
5. Sunan Gunung Jati
Dari kisah yang tersaji dari kehidupan Sunan
Gunung Jati, dapat kita ambil nilainilaipositif sebagai berikut:
a. Sunan Gunung Jati tidak hanya menguasai ilmu
agama dalam berdakwah, tetapi juga menguasai ilmu politik atau kenegaraan,
bahkan ilmu pengobatan, kesemuanya dipergunakan oleh beliau sebagai metode
untuk melancarkan dakwah Islam.
b. Ketika mengalami masalah di luar batas
pengetahuan manusia, saat Sunan Gunung Jati ditanya mengenai mana putri kaisar
yang hamil, maka langkah yang diambil adalah bermunajat kepada Allah untuk
mendapatkan jawaban.
c. Menghargai penganut agama lain serta bangsa
lain, seperti halnya penganut Hindhu dan Budha ataupun bangsa Cina. Karena
sebagai seorang muslim, sudahsepantasnya kita menghargai orang lain walalupun
berbeda bangsa dan agama.[18]
ANALISIS BUKU AJAR
Aspek
|
Indikator
|
Nilai
|
Keterangan
|
|||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||||
1
|
Akurat
|
Tidak salah mengutip pendapat
|
V
|
|
|
Sesuai dengan sumber lain.
|
2
|
Sesuai/ Relavansi
|
Materi memenuhi KI, KD, dan Indikator yang
ditentukan
|
V
|
|
|
Sudah memenuhi KI, KD, dan Indikator yang ditentukan.
|
Materi sesuai dengan tingkat pemahaman siswa
|
V
|
|
|
Materi dijelaskan secara sederhana dan mudah
dipahami.
|
||
Tugas, contoh penjelasan, dan latihan sesuai
dengan materi yang ada
|
V
|
|
|
Tugas sudah sesuai dengan materi.
|
||
3
|
Komunikatif
|
Materi mudah dicerna pembaca / bahasa lisan
|
V
|
|
|
Bahasa mudah dipahami, sehingga materi mudah
diterima.
|
4
|
Lengkap dan sistematis
|
Menyebutkan kompetensi
|
V
|
|
|
Kompetensi disebutkan per bab.
|
Terdapat daftar Isi dan daftar pustaka
|
V
|
|
|
Terdapat daftar isi dan daftar pustaka.
|
||
Alur berfikir dari sederhana ke kompleks
|
V
|
|
|
Materi dijelaskan mulai dari hal sederhana ke
kompleks.
|
||
Alur berfikir dari lokal ke global
|
V
|
|
|
Materi dijelaskan mulai dari hal lokal ke
global.
|
||
5
|
Berorientasi pada student centered
|
Mendorong rasa ingin tahu siswa
|
V
|
|
|
Buku dilengkapi dengan gambar yang menarik
rasa ingin tahu siswa.
|
Terjadi interaksi antara siswa dengan sumber
belajar
|
V
|
|
|
Buku dilengkapi dengan istilah-istilah yang
menghubungkan sumber dengan pembaca.
|
||
Merangsang siswa membangun pengetahuan
sendiri
|
V
|
|
|
Buku dilengkapi dengan gambar pengamatan sehingga
merangsang siswa membangun pengetahuan sendiri sesuai gambar.
|
||
Menyemangati siswa belajar kelompok
|
|
V
|
|
Buku hanya terdapat tugas individu.
|
||
Mendorong siswa mengamalkan isi bacaan
|
V
|
|
|
Buku dilengkapi table penilaian afektif
|
||
6
|
Berpihak pada ideology bangsa dan Negara
|
Mendukung ketakwaan kepada Tuhan yang maha
Esa
|
V
|
|
|
Buku dilengkapi dengan kisah teladan dan kata
mutiara.
|
Mendukung pertumbuhan nilai kemanusiaan
|
V
|
|
|
Buku dilengkapi dengan table penilaian sikap.
|
||
Mendukung kesadaran kemajemukan masyarakat
|
|
|
V
|
Tidak ada aspek yang berhubungan dengan
masyarakat.
|
||
Mendukung Nasionalisme
|
|
V
|
|
Lebih mengutamakan sisi keagamaan daripada
nasionalisme.
|
||
Mendakung kesadaran hukum
|
|
V
|
|
Belum menggambarkan hubungan dengan hukum.
|
||
7
|
Kaidah bahasa benar
|
Ejaan, istilah, struktur kalimat tepat
|
V
|
|
|
Mudah dipahami.
|
8
|
Terbaca
|
Panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai
pemahaman pembaca
|
V
|
|
|
Mudah dipahami.
|
Panjang alenia sesuai pemahaman pembaca
|
V
|
|
|
Singkat dan jelas.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 M
dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta atau Raden Sahur.Sunan
Drajat yang lahir dengan nama Raden Qasim, diperkirakan lahir pada 1470 Masehi.
Sunan Drajat adalah putra bungsu Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila.Nama
pribadi Sunan Muria ada yang mengatakan Raden Prawoto, ada pula yang mengatakan
Raden Umar Said. Beliau disebut dengan gelar Sunan Muria karena berhubungan
dengan nama gunung tempat beliau dimakamkan: Gunung Muria.Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman
Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran
binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24
dari Nabi Muhammad.Sunan Gunung Jatibernama Syarif Hidayatullah, lahir
sekitar tahun 1450 M.
2. Walau Raden Said putera seorang bangsawan dia lebih
menyukai kehidupan bebas, yang tidak terikat adat istiadat kebangsawanan. Sunan
Drajat menekankan
pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan
kemakmuran.Sunan Muria itu adalah Wali yang sakti, kuat fisiknya dapat
dibuktikan dengan letak Padepokannya yang terletak di atas gunung. Ja’far
Shodiq tidak merasa asing ketika bertanggung jawab sebagai Senopati. Karena
saat beliau masih remaja, beliau tidak hanya mempelajari ilmu agama, namun juga
ilmu ilmu yang lain, seperti ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan
perdagangan.Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecenderungan spiritual dari
kakek buyutnya Syekh Maulana Akbar.
3. Dalam dakwah, Sunan Kalijaga punya pola yang
sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya
cenderung “sufistik berbasis salaf” bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia
juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Sunan
Drajat memperkenalkan Islam melalui konsep dakwah bil-hikmah,
dengancara-cara bijak, tanpa memaksa. Sunan Muria menggunakan cara yang seperti
digunakanayahnya, yaitu dengan cara yang halus.Sunan Gugnung Jati berdakwah melalui
Keraton Cirebon dan Banten, berbagai gerakan dakwahmelalui pengembangan seni
dan budaya dilakukan secara persuasif dan sistematis.
4. Sunan Kalijaga salah satu contoh nilai positif:
Memikirkan nasib kaum fakir miskin dan berusaha menyantuninya.Sunan Drajat
salah satu contoh nilai positif:Mempunyai jiwa sosial yang tinggi atas
masyarakat sekitarnya.Sunan Muria salah satu contoh nilai positif: Sebagai
hamba Allah, Sunan Muria tetap memadukan antara menjaga kesehatan hati dengan
berzikir, kesehatan pikiran dengan menimba ilmu, serta kesehatan fisik dengan melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki.Sunan Kudus salah satu
contoh nilai positif:Sikap toleransi yang tinggi terhadap penganut agama
lain.Sunan Gunung Jati salah satu contoh nilai positif:Sunan Gunung Jati tidak
hanya menguasai ilmu agama dalam berdakwah, tetapi juga menguasai ilmu politik
atau kenegaraan, bahkan ilmu pengobatan, kesemuanya dipergunakan oleh beliau
sebagai metode untuk melancarkan dakwah Islam.
B.
Saran
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
salah satu sumber pembelajaran dan dapat
bermanfaat bagi kami dan pembaca. kami juga menyadari bahwa pembuatan makalah
ini jauh dari kata sempurna, maka kami mohon kritik dan saran dari pembaca.
DAFAR
PUSTAKA
Kementerian
Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2016)
Ridin Sofyan, Dkk. 2004.Islamisasi Islam di Jawa Walisongo, Penyebar
Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutrisno, Budiono Hadi. 2009. Sejarah Walisonggo Misi Pengislaman di Tanah Jawa. Yogyakarta:
Graha Pustaka.
[1]Kementerian
Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2016), 59-60.
[3] Ridin Sofyan, Dkk, Islamisasi Islam di Jawa
Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), 65.
[4]Kementerian
Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2016), 76.
[6] Sutrisno, Budiono Hadi, Sejarah Walisonggo
Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta:
Graha Pustaka, 2009), 130.
[7]Kementerian
Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2016), 86.
[15]Ibid,.77.
Comments
Post a Comment