KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt., atas perkenan-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anak
Berkebutuhan Khusus”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Dalam upaya menyelesaikan makalah ini,
penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya, penulis mengucapkanterimakasih
kepada: Dr. Umi Rohmah, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Pendidikan, kepada bapak
dan ibu tercinta yang selalu memberikan semangat dan tidak lupa kepada para sahabat
yang tercinta.
Kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat
diharapkan dan akan diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga hasil penyusunan
yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................... i
Kata pengantar........................................................................................................ ii
Daftar isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah........................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... ......... 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... ......... 4
A.
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.................................................................. 4
B.
Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus.................................................................. 5
1.
Anak Tuna Netra..................................................................................................... 5
2.
Anak Tuna Rungu................................................................................................... 5
3.
Anak Tuna Daksa.................................................................................................... 6
4.
Anak Tuna Wicara.................................................................................................. 6
5.
Kelainan Emosi....................................................................................................... 6
6.
Keterbelakangan Mental......................................................................................... 7
7.
Psikoneurosis........................................................................................................... 7
8.
Psikosis.................................................................................................................... 8
9.
Psikopathi................................................................................................................ 8
C.
Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus.............................................................. 8
1.
Peristiwa Pra Natal
(dalam kandungan).................................................................. 8
2.
Natal (saat kelahiran).............................................................................................. 9
3.
Post Natal (setelah
kelahiran).................................................................................. 9
D.
Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus......................................................... 10
1.
Penguatan kondisi
mental orang tua....................................................................... 10
2.
Dukungan sosial
yang memadai.............................................................................. 10
3.
Peran aktif pemerintah............................................................................................ 11
4. Layanan
Bimbingan dan Konseling............................................................... ......... 11
E.
Cara Mengajar
Anak Berkebutuhan Khusus........................................................... 13
BAB III Penutup...................................................................................................... 14
A.
Kesimpulan.............................................................................................................. 14
B.
Saran ......... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ......... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu
mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki
faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal
sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara
biasa, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak
berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak
berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk
anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan,
baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak
yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada
umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik
spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif,
kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi
social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta
didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut
memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat
setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan
berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal
tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir
pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan
anak berkebutuhan khusus?
2. Apa saja jenis-jenis anak
berkebutuhan khusus?
3. Apa saja yang menyebabkan
anak menjadi berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana cara menangani
anak berkebutuhan khusus?
5. Bagaimana metode
pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus?
C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka
akan tercapai beberapa tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:
1. Mengetahui pengertian
dari anak berkebutuhan khusus;
2. Mengetahui jenis-jenis
anak berkebutuhan khusus;
3. Mengetahui sebab-sebab
terjadinya anak berkebutuhan khusus;
4. Mengetahui cara menangani
anak berkebutuhan khusus;
5. Mengetahui metode pendidikan
terhadap anak berkebutuhan khusus.
D. Manfaat
Penulisan
Penelitian
yang penulis lakukan ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis maupun
praktis.
1. Teoritis
Manfaat secara teoritis adalah diharapkan mampu memperkaya teori-teori berkaitan dengan psikologi, psikologi pendidikan,
karakteristik anak berkebutuhan khusus, dan upaya mengatasi anak berkebutuhan
khusus.
2.
Praktis
a.
Bagi mahasiswa
1)
Meningkatkan pengetahuan tentang
psikologi pendidikan khususnya mengenai anak berkebutuhan khusus;
2)
Menjadikan pedoman dalam mengatasi upaya
menangani anak berkebutuhan khusus.
b.
Bagi penulis
1)
Memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan pemikiran serta pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus;
2)
Sebagai salah satu kriteria kelulusan dalam
mata kuliah psikologi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
National
Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) menyatakan bahwa “Children with special needs or special needs refer to children who
have disabilities or who are at risk or developing disabilities”.[1]Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak
yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual,
social, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses
pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak lain yang seusia
dengannya.
Anak berkebutuhan khusus (anak luar biasa)
didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai
anak berkebutuhan khusus, dikarenakn
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan
pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis
layanan lainnya yang bersifat khusus.[2]
Dalam percakapan sehari hari, anak berkebutuhan
khusus dijuluki sebagai “orang luar biasa“, dikarenakan mereka memiliki kelebihan yang luar biasa,
misalnya orang yang terkenal memiliki kemampuan intelektual yang luar
biasa, memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan-temuan
yang luar biasa dibidang iptek,religius, dan di bidang-bidang kehidupan
lainnya.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga
merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau
mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak di alami oleh orang
normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan itu dapat berupa kelainan dalam
segi fisik, psikis, sosisal, dan moral.
Pengertian “luar biasa“ dalam dunia pendidikan mempunyai
ruang lingkup pengertian yang lebih luas daripada pengertian “berkelainan atau cacat“ dalam
percakapan sehari hari. dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung
arti ganda, yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena mereka memiliki
kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada mereka yang
mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke bawah, yaitu mereka yang
menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di derita oleh orang
normal pada umumnya. Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi kemampuan
intelektual ( otak ), misalnya professor B.J Habibie, karena dia memiliki
inteligensi di atas orang normal dan kemampuan intelektual dibidang
“aerodinamika“ yang berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebagai orang yang
jenius di bidangnya, sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah
orang yang lambat dan sulit dalam belajar.
B. Jenis-Jenis Anak
Berkebutuhan Khusus
Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di
klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus,
sebagai berikut:
1. Anak Tuna Netra
Anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni
indra penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang
mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal yang berhubungan dengan mata
diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.
2. Anak Tuna Rungu
Anak yang mempunyai
kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan
termasuk pendidikan dan pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu,
tuli (the deaf), dan kurang dengar (hard of hearing).
3. Anak Tuna Daksa
Anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni
kelumpuhan. Anak yang mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan
gangguan pada syaraf motoriknya.[3]
4. Anak Tuna Wicara
Anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara
atau berbahasa. Anak yang seperti ini mengalami kesulitan dalam berbahasa atau
berbicara sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
5. Kelainan Emosi
Anak yang mengalami
gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan masalah
psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
a. Gangguan Perilaku, ciri-cirinya yaitu:
1) Suka mengganggu di kelas
2) Tidak sabaran, terlalu
cepat beraksi
3) Tidak menghargai orang
lain
4) Suka menentang
5) Suka menyalahkan orang lain
6) Sering melamun.
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya terjadi paling
sedikit selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu:
1) Tidak mendengarkan orang
lain berbicara
2) Sering gagal dalam memperhatikan
objek tertentu
3) Sering tidak melaksanakan
perintah dar orang lain.
c. Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder), gejala-gejalanya
yaitu:
1) Tidak bisa diam
2) Ketidakmampuan untuk
member perhatian yang cukup lama
3) Hiperaktivitas
4) Canggung
6. Keterbelakangan Mental
Anak yang memiliki mental
yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang lain karena tidak mampu
mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta perhatiannya
labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang mentalnya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Idiot, yaitu anak yang
paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20), perkembangan jiwanya tidak
akan bertambah melebihi usia 3 tahun, meskipun pada dasarnya usianya sudah
remaja atau dewasa.
b. Imbesil, yaitu anak yang
mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya dapat mencapai usia 7 tahun, bisa
diajari untuk memelihara diri sendirivdalam kebutuhan yang paling sederhana.
c. Debil atau moron, yaitu
anak yang mempunyai (IQ 50-70), keterbelakangan Debil tidak separah dua jenis
di atas. Perkembangan
jiwanya dapat mencapai hingga 10 ½ tahun. Orang Debil ini dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri.
7. Psikoneurosis
Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah
anak yang normal. Mereka hanya mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus,
selain itu mereka tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga ketegangan
tersebut tidak kunjung reda.[4]Psikoneurosis
ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Psikoneurosis
kekhawatiran, Adalah anak yang mempunyai rasa khawatir yang berlebihan dan
tidak beralasan.
b. Histeris, adalah anak
yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu anggota tubuhnya, sesunguhnya
secara organis tidak mengalami kelainan.
c. Psikoneurosis obsesif,
adalah anak yang memiliki pikiran-pikiran dan dorongan-dorongan tertentu yang
terus menerus.
8. Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang
besar karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang
tersebut tidak dapat hidup dengan normal.[5]
9. Psikopathi
Kelainan tingkah laku,
maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat memperdulikan norma-norma
sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan
kepentingan orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain. Dan
penderita psikopathi ini tidak menyadari adanya kelainan pada dirinya.
C. Sebab-Sebab Anak
Berkebutuhan Khusus
Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus
yaitu:
1. Peristiwa Pra Natal
(dalam kandungan)
Berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kelainan
pada janin saat ibu hamil diantaranya adalah:
a. Keracunan darah (Toxaenia)
pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan janin tidak memperoleh oksigen
secara maksimal, sehingga mempengaruhi syaraf-syaraf otak yang dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
b. Infeksi karena penyakit
kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah atau ibu), toxoplasmosis
(dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma dan tumor. Tumor dapat
terjadi pada otak yang berhubungan pada indera penglihatan akibatnya kerusakan
pada bola mata dan pendengaran akibatnya kerusakan dalam selaput gendang
telinga.
c. Kekurangan vitamin atau
kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang mengakibatkan kelainan pada
janin yang menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak sehingga
menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada
organ telinga sehingga hilangnya fungsi pendengaran.
2. Natal (saat kelahiran)
Pada saat terjadinya kelahiran yang mungkin hanya memakan
waktu yang cukup singkat akan tetapi jika penanganan yang tidak tepat akan
mengancam perkembangan bayinya. Diantara nya adalah:
a. Lahir prematur
b. Kelahiran yang dipaksa
dengan menggunakan vacum
c. Proses kelahiran bayi
sungsang.
3. Post Natal (setelah
kelahiran)
Berbagai peristiwa yang dialami dalamkehidupannya
seringkali dapat mengakibatkan seseorang kehilangan salah satu fungsi organ
tubuh atau fungsi otot dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ itu
sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya:
a. Terjadi insident
b. Kekurangan vitamin atau
gizi
c. Penyakit panas tinggi dan
kejang-kejang.
D. Cara
Menangani Anak Berkebutuhan Khusus
Tidak dapat dipungkiri,
pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan tambahan energi,
pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak pada
umumnya. berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menangani anak
berkebutuhan khusus di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Penguatan kondisi
mental orang tua
Strategi ini membutuhkan peran aktif orang tua dalam melakukan pengasuhan anak berkebutuhan khusus. Beberapa strategi yang dibutuhkan oleh orang tua anak berkebutuhan khusus diantaranya perlu menyediakan waktu untuk
dirinya sendiri, bekerjasama dalam pengasuhan dengan pasangan, dan aktif dalam mencari
informasi mengenai anak berkebutuhan khusus. Orang tua perlu
menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, sebagai bentuk
apresiasi terhadap diri sendiri yang sudah menyediakan waktu ekstra dan tenaga sehari-hari
untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus.
2. Dukungan sosial
yang memadai
Dukungan sosial
memegang peranan luar biasa bagi keberlangsungan pengasuh anak berkebutuhan khusus. Dukungan sosial dapat berupa dorongan moral, yang
menguatkan dari masyarakat sekitar maupun keluarga terdekat. Melalui dukungan sosial,
diharapkan orang tua anak berkebutuhan khusus dapat berbagi
pengalaman tentang pola asuh anak
berkebutuhan khusus. Hal ini belum banyak terlihat di lingkungan masyarakat
kita, mengingat masih kuatnya kepercayaan bahwa
memiliki anak berkebutuhan khusus merupakan
“karma” dariTuhan. Sehingga,kecenderungan
yang ada keluarga dengan anak
berkebutuhan khusus cenderung “dikucilkan” masyarakat. Untuk menghapus kecenderungan
ini perlu peran pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum tentang
anak berkebutuhan khusus. Edukasi ini dapat disampaikan melalui jalur media
atau pos-pos pelayanan masyarakat untuk menyentuh masyarakat di area pinggiran atau
pedesaan.
3. Peran aktif pemerintah
Peran aktif pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan konsultasi
yang dapat dijangkau masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang sangat vital
bagi masyarakat umum terutama bagi mereka yang berada pada kelas sosial
menengah ke bawah. Tidak dapat dipungkiri, pelayanan konsultasi
dan kesehatan masih merupakan sesuatu hal yang mahal.
Dengan menyediakan konsultasi anak
berkebutuhan khusus yang mudah dijangkau masyarakat, diharapkan anak berkebutuhan khusus mendapat pelayanan konsultasi yang
mudah dan murah. Pemerintahpun, harus menyediakan fasilitas penangan anak berkebutuhan khusus secara terpadu. Saat ini, pemerintah sudah
memberikan perhatian kepada anak
berkebutuhan khusus melalui pembentukan
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) di bawah koordinasi Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.[6]
4. Layanan bimbingan dan konseling
a. Layanan Individu
Layanan individu pada ABK meliputi
layanan pribadi sosial yang berfungsi sebagai sarana ABK untuk dapat memiliki
penerimaan diri, konsep diri yang baik dan adaptasi terhadap lingkugannya.
b. Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok
Layanan bimbingan kelompok
dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok.[7]
Didalam kegiatan tersebut terjadi dinamika yang menyeluruh bagi seluruh
peserta layanan, sehingga pesan utama dari setiap materi layanan dapat
ditangkap dengan baik oleh anak.
c. Bimbingan Belajar
Kegiatan bimbingan yang diberikan
kepada anak agar dapat mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dimana
bimbingan belajar secara kebih spesifik diperuntukan bagi ABK yang mengalami
masalah kesulitan belajar.[8]
Kesulitan belajar disni dapat mencakup beberapa dimensi yang diderita oleh ABK
sebagaimana termaktub dalam ketoriasi ABK di awal. Diamana gangguan seperti
disleksia, diskalkulia, dan disgrafika merupakan suatu hambatan yang harus
dapat dipecahkan bersama oleh konselor dan konseli.[9]
d. Bimbingan Karir
Bimbingan karir bagi ABK tetap
merupakan suatu keharusan yang harus diberikan, hal ini sesuai dengan prinsip
bimbingan yang melihat individu secara utuh dalam hal bakat dan potensi yang
harus dikembangkan. Bimbingan karir dapat dimaknai sebagai sebuah usaha untuk
mengarahkan ABK untuk dapat memahami potensi dirinya, mengetahui jenis-jenis
karir yang tepat dan memahami konteks ruang lingkup dunia karir yang akan dijalani,
hal ini berkaitan dengan proses adaptasi serta penyikapan terhadap
hambatan-hambatan dalam berkarir.[10]
e. Referal
Layanan referal atau alih tangan
kasus dimaksudkan sebagai sebuah tibdak lanjut bilamana dirasa program layanan
yang ada di sekolah tidak cukup mampu untuk mengatasi masalah anak ABK,
sehingga perlu untuk dirujuk kepada pihak lain yang lebih ahli dalam memberikan
jenis bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kegiatan ini memerlukan
sinergisitas yang baik antara berbagai pihak yang terkait dengan ABK, dalam hal
ini tentu saja adalah lembaga sekolah, orang tua, guru BK dan para ahli terkait.[11]
E. Cara Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus
Cara Praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat
informasi yang menunjang metode pengajaran guru. Untuk itu guru harus mengikuti pelatihan pendidikan inklusif yang
praktis dan komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik
strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan inklusif.
Adapun cara mengajar anak berkebutuhan
khusus adalah sebagaiberikut:
1. Bersikap baik dan
positif,
2. Gunakan seting kelas yang
sesuai,
3. Bicaralah dengan jelas
dengan posisi wajah menghadap siswa,
4. Menfaatkan semua metode
komunikasi,
5. Gunakan strategi
pengajaran yang efisien
6. Utamakan dukungan teman
sebaya
7. Manfaatkan materi
pengajaran yang ada sebaik mungkin
8. Beri penjelasan pada
semua anak mengenai diabilitas
9. Buatlah kelas anda
seaksesibel mungkin dan
10. Berbagilah pengalaman.
Kesemua prinsip pengajaran tersebut juga dapat diterapkan pada kelas regular.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (anak luar biasa) di definisikan
sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan
potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak
berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan,
layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan
lainnya yang bersifat khusus.
Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di
klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak, yakni Anak Tuna Netra, Anak Tuna Rungu, Anak Tuna Daksa, Anak Tuna Wicara, Kelainan Emosi, Keterbelakangan Mental, Psikoneurosis, Psikosis, Psikopathi.
Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus
yaitu: Peristiwa Pra Natal
(dalam kandungan),
Natal (saat kelahiran), Post Natal (setelah
kelahiran).
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga
hal yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang
tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari
tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang
terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan
kesehatan dan konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.
Cara Praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat
informasi yang menunjang metode pengajaran guru. Untuk itu guru harus mengikuti pelatihan pendidikan inklusif yang
praktis dan komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik
strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan inklusif.
B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang
berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat
indonesia terutama bagi para pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak yang
menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Karena pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan tetapi didekati
dan diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya akan tetapi caranya yang
berbeda
DAFTAR PUSTAKA
Dwinita, Dina. 2012. Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus
Vol. 1. Padang: UNP.
Ahmadi, Abu. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Purwanto,
Heri. 1988. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI.
Sarwono,
Wirawan. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: RajawaliPers.
Tohirin. 2009. Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah Madrasah: Berbasis Integrasi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Marsudi, Saring. 2010. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah.
Surakarta: UMP Press.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ketut Sukardi, Dewa & Desak P.E.
Nila Kusmawati. 2008. Program Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
[1]Dina
Dwinita, Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol.
1 (Padang: UNP, 2012), 142.
[3]Heri Purwanto, Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus (Bandung: UPI, 1988), 14.
[4]Wirawan Sarwono, Pengantar
Psikologi Umum (Jakarta: RajawaliPers, 2010), 212.
[7]Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Madrasah: Berbasis Integrasi (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), 170.
[8]Saring Marsudi,dkk., Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah
(Surakarta: UMP Press, 2010), 110.
[9]Mulyono
Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 2.
[10]Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2010), 201.
[11]Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E.
Nila Kusmawati, Program Bimbingan
dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 91.
Comments
Post a Comment