Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah:
“Teknologi Pendidikan”
Disusun oleh: Kel. 3
1. Ilma Pangestu Suryani (210615174)
2. M. Alda Afrizal F (210615164)
3. M. Khafid Zakky F (210615171)
4. Rizky Chandra Z (210615175)
5. Yusti
Ulan Dari (210615061)
Kelas PG.E
Dosen Pengampu:
Fieka Nurul Arifa, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga atas ridho-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad Saw, karena dengan
perantara ajarannya kita semua dapat merasakan kebahagiaan seperti sekarang ini.
Makalah ini kami buat selain untuk memenuhi tugas teknologi
pendidikan, makalah ini juga bertujuan sebagai mata pembelajaran dan sumber
pengetahuan yang baru dalam mata kuliah teknologi pendidikan, baik bagi kami
dan juga bagi para pembaca semua.
Kami sadar makalah yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna, tapi kami telah berusaha untuk memberikan yang terbaik semampu kami. Semoga
makalah ini memberikan manfaat sesuai yang diharapkan.
Ponorogo , 28 November 2016 Penyusun
Kelompok 3/PG.E
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.
Pengertian Pola Pembelajaran............................................................... 2
B.
Konsep Pola Instruksional.................................................................... 2
C.
Pola-pola Pembelajaran......................................................................... 4
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 18
A.
Kesimpulan...................................................................................... 18
B.
Saran................................................................................................ 18
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telaah teknologi
pendidikan di antaranya tertuju pula pada pengembangan model atau pola
pembelajaran yang mampu memberikan alternatif pemecahan masalah belajar.
Pemecahan masalah belajar tentunya harus berdasarkan kondisi masalah yang ada,
misalnya masalah pembelajaran yang terjadi adalah miskinnya akan pola-pola
pembelajaran khususnya yang berkenaan dengan masalah komunikasi antara komponen
pembelajaran.
Dengan demikian
strategi pemecahan masalah pun harus sesuai dengan kondisi tersebut, yaitu
bagaimana kajian dan bidang garapan teknologi pendidikan mampu memberikan
alternatif pola-pola pembelajaran yang bisa mengadopsi semua inovasi bidang
ilmu lain yang bisa memberikan suasana dan model pola pembelajaran yang adaptif
dan mampu memecahkan masalah belajar yang ada.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian pola pembelajaran ?
2.
Bagaimana
konsep pola intruksional?
3.
Apa
saja pola-pola pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui pola pembelajaran.
2.
Untuk
mengetahui konsep pola intruksional.
3.
Untuk
mengetahui pola-pola pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Pembelajaran
Pola adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran dan mendinamisasikan proses belajar mengajar. Pola bisa
disebut juga dengan metode.
Belajar adalah proses perubahan perilaku individu sebagai
hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan
hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang.
Pembelajaran pada dasarnya adalah
proses penambahan informasi dan kemampuan, ketika berfikir informasi dan
kompetensi apa yang dimaksud oleh siswa, maka pada saat itu juga kita
semestinya berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat
tercapai secara efektif dan efesien. Ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru, sebab
apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Seorang guru
dituntut untuk menguasai metode pembelajaran yang dilakukannya akan dapat
memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya dari nilai proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal
atau maksimal.[1]
Pola pembelajaran merupakan suatu
bentuk pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan jalur atau peta dan aturan
suatu aktivitas pembelajaran, baik tanpa ataupun dengan bantuan media
pembelajaran.[2]
B. Konsep Pola Intruksional
Proses
pembelajaran melibatkan keterhubungan antar komponen pembelajaran, baik itu
komponen peserta didik, pendidik, media, materi pembelajaran serta lingkungan
pembelajaran. Akan tetapi optimalisasi dari peran masing-masing tidak akan
berjalan begitu saja tanpa adanya tindakan pengelolaan atau manajemen komponen
pembelajaran sehingga keterhubungan antara komponen menjadi lebih optimal,
efektif, dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Upaya
penempatan posisi, pemunculaan peran dan pemanfaatan serta fungsi bagaimana
antara komponen pembelajaran yang satu dan yang lainnya mampu memberikan
kejelasan dari pesan pembelajaran yang diperoleh peserta didik, maka semua ini
akan berhubungan dengan apa yang dimaksud pola pembelajaran. Pola identik juga
dengan aturan yang mengatur bagaimana optimalisasi dari fungsi dan peran
masing-masing komponen pembelajaran mampu mendukung keberhasilan peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran, secara lebih jauh mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Pola pembelajaran akan dipengaruhi
oleh kesiapan dan kualitas daya dukung masing-masing komponen pembelajaran.
Jadi kelemahan yang dimiliki oleh salah satu
komponen pembelajaran akan memengaruhi optimalisasi peran dan fungsi
komponen pembelajaran lainnya, secara keseluruhan akan mengubah pola
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pada
hakikatnya yang dimaksud dengan pola dalam sistem pembelajaran akan berhubungan
dengan desain, sistem, strategi,
pemanfaatan media, pendekatan pembelajaran dan teknologi informasi dan
komunikasi. Seiring dengan perkembangan dan adopsi teknologi informasi dan
komunikasi inilah maka pola-pola pembelajaran kadang cenderung mengarah pada
dehumanisasi dan sumber-sumber pembelajaran yang dimanfaatkan dan dikembangkan.
Namun demikian tidak lupa bahwa kedudukan, fungsi, dan peran dari pendidik akan
menjadi penentu dalam adaptabilitas dan optimalisasi komponen pembelajaran yang
didesain untuk suatu proses pembelajaran. Jika kembali pada ide seorang
desainer pembelajaran, maka pola intruksional adalah produk dari hasil pikir
berdasarkan pendekatan sistem yang ia kembangkan. Dengan demikian pola
intruksional ini merupakan salah satu produk pada tahapan dalam sebuah
implementasi konsep intruksional teknologi dalam pembelajaran.[3]
C.
Pola-Pola Pembelajaran
1.
Pola
Pembelajaran Mikro dan Makro dalam Sistem Teknologi Informasi
a.
Pola
Pembelajaran Mikro
Dalam tren
teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan dan pembelajaran maka
pola pembelajaran akan ditentukan oleh mampu tidaknya peserta didik dalam
melibatkan dirinya dalam sistem jaringan pembelajaran secara mikro mau makro. Dalam pola pembelajaran secara mikro
berarti ia harus mampu memperkenalkan dirinya pada sistem pembelajaran komputer
dalam setting stand alone. Melalui
pola pembelajaran mikro dalam sistem komputer ini jalur-jalur pemahaman
informasi oleh peserta didik telah terpolakan sedemikian rupa dalam bentuk
prosedur pembelajaran individual.
Adapun peran
pendidik terlihat pada fase dimana sistem atau pola pembelajaran ini didesain
dan dikembangkan sebelum peserta didik terlibat dalam pola pembelajaran ini.
Desain pembelajaran ini melibatkan guru, programmer, pakar kurikulum dan pakar
ICT serta komunikasi. Melalui pola ini kemungkinan peran dari teknologi
pendidikan akan terlihat jelas ketika sistem komputer dengan logika program
yang dibangun mampu membawa dan mengondisikan situasi belajar pada peserta
didik. Dari pola ini terdapat suatu hasil analisis kelemahan dan kelebihan.
Kelemahan yang diperoleh menunjukkan bahwa pola pembelajaran terlalu individual
tidak melibatkan proses interaksi secara luas antara beberapa peserta didik.
Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya learning
shock. Dimana kondisi ini bisa dirasakan oleh peserta didik yang sudah
terlalu lama belajar satu pola dengan alur program yang sama pada akhirnya
peserta didik akan merasa bosan dan tidak mau aktif lagi dalam mengikuti logika
program pembelajaran yang ada.
Sedangkan
kelebihan dari pola ini memungkinkan peserta didik mampu dengan cepat
mengontrol dan mengetahui kemampuan berpikir otomatis dan kemampuan
mengklasifikasikan pesan-pesan sejenis yang sudah biasa ia temukan, disamping
juga memahami pembelajaran mikro dengan berbasis teknologi komputer dengan
logika alur belajar yang terpola dengan tetap cukup mendukung dalam menanamkan
pengetahuan yang sifatnya otomatis, rutinitas, dan aplikasi dalam menjalankan,
mengoperasikan sesuatu pola-pola pembelajaran seperti ini banyak ditemukan di
lembaga pendidikan dan latihan
kursus-kursus pendek, training-training operator perusahaan tertentu.
b.
Pola
Pembelajaran Makro
Interaksi
dalam pola pembelajaran makro ini mampu memperlihatkan jumlah peserta didik
yang banyak. Dengan demikian ada suatu tuntutan bahwa sistem pengiriman pesan
pembelajaran (interaksi) antara peserta didik satu dan lainnya menuntut adanya e-mail address. E-mail address ini
merupakan media peserta didik berkomunikasi bukan hanya dengan sistem logika
pembelajaran yang terdapat dalam sistem komputer akan tetapi juga sistem
jaringan yang disebut internet.
Pertukaran
informasi pembelajaran melalui pola pembelajaran makro ini akan terjadi bukan
hanya antara peserta didik dan logika berpikir program yang ada dalam sistem
komputer akan tetapi juga dilanjutkan dan komunikasi yang melalui sistem logika
interaksi antara komputer yang satu dengan lainnya. Baik pada pola pembelajaran
secara mikro dan makro yang berbasis sistem komputer ini memungkinkan informasi
antara pihak yang terlibat dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran
peserta didik dengan mudah dijalin. Pola pembelajaran ini mampu memberikan
kontrol kesiapan siswa dalam memahami informasi pembelajaran baru yang harus ia
pelajari selanjutnya.
2.
Pola
Pembelajaran Berdasarkan Analisis Perilaku Psikologi dan Biologi
Salah satu
bidang garapan dari teknologi pendidikan adalah memberikan jalan terhadap upaya
pemecahan masalah belajar manusia melalui berbagai macam prosedur pembelajaran,
salah satunya adalah melalui analisis pola-pola pembelajaran sebagaimana telah
diuraikan diatas. Pola-pola pembelajaran yang berkembang pada dasarnya banyak
diadopsi dari perkembangan implementasi komunikasi dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian jika ilmu komunikasi itu sendiri berkembang, maka pola-pola
pembelajaran pun harus menerima nilai adopsi dari hasil perkembangan studi
komunikasi tersebut.
Beberapa
temuan pola pembelajaran hasil telaah perilaku biologis dan psikologis yang
didasarkan atas implementasi teknologi informasi dan komunikasi. Mulai pada
jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Ada perbedaan
pengaruh komponen dari pola pembelajaran yang didesain untuk mampu
mengoptimalkan kemampuan berpikir.[4]
a.
Pola
Pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar (SD)
b.
Interaksi
belahan otak melalui frontal, Temporal, parietal dan Occipital
|
POLA
PEMBELAJARAN UNTUK SD
|
Adaptasi,
Modalitas dan fleksibilitas Kognitif
|
Imajinasi,
daya cipta dan permainan
|
Prosedur
desain intruksional berbasis teknologi informasi dan komunikasi:
·
Need assesment
·
Intructional prompt (identitas, petunjuk)
·
Menu utama(tujuan, materi, evaluasi)
·
Alur pembelajaran
·
Stimulus respons terkondisi dan refleksi
|
Kreativitas
berdasarkan Interaksi Dimensi dalam Meta Kecerdasan.
|
Pola pembelajaran diatas menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik sangat mendasar dari aspek perilaku yang selama ini belum digali oleh pendidik atau guru, khususnya ketika teknologi pembelajaran mereka adopsi. Maka melalui model ini pola pembelajaran pada jenjang SD minimal bisa dioptimalkan pada tatanan mikro.
b.
Pola
Pembelajaran Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Interaksi
belahan otak melalui frontal, temporal parietal dan occipital
|
Kreativitas
berdasarkan interaksi dimensi dalam meta kecerdaasan diperluas dengan
pemaknaan ganjaran dan relaksasi untuk berfikir literal
|
POLA
PEMBELAJARAN UNTUK SMP
|
Adaptasi,
Modalitas dan fleksibilitas Kognitif yang berkembang dalam kecepatan
koordinasi kinestetik secara refleks
|
Intregasi
prinsip tutorial, permainan dan simulasi
|
Prosedur
desain intruksional berbasis teknologi informasi dan komunikasi:
·
Need assesment
·
Intructional prompt (identitas, petunjuk)
·
Menu utama(tujuan, materi, evaluasi)
·
Alur pembelajaran
·
Stimulus respons terkondisi
·
Refleksi
·
|
Pola yang
membedakan dengan jenjang sekolah dasar dari pola di atas ternyata pemberdayaan
kemampuan peserta didik sangat diutamakan. Analisis kemampuan personal menuntut
adalah perbedaan prosedur yang dipilih oleh guru sehingga pola pembelajaran
lebih kompleks dari pola sebelumnya. Berdasarkan analisis terhadap pola
pembelajaran ini maka peserta didik jenjang SMP akan mampu menciptakan pola
belajar pada tataran mikro maupun makro bergantung dari pada sistem teknologi
pendidikan dalam hal ini pemanfaatan ICT yang dimiliki oleh sekolah.
c.
Pola
Pembelajaran Pada Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pada jenjang
pedidikan yang lebih tinggi lagi maka analisis terhadap unsur peserta didik
serta komponen desain intruksional lebih berkembang lagi, dimana kedua analisis
terhadap dua bagian ini akan memberikan dampak terhadap pola pembelajaran yang
didesain. Misalnya dalam abstraksi sebagai unsur meta kecerdasan peserta didik
jenjang SMA harus dijembatani oleh aplikasi teknologi intruksional yang memang
mampu mengoptimalkan kemampuan belajar peserta didik yang bersangkutan. Kondisi
ini berbeda dengan pola pembelajaran pada jenjang sebelumnya. Kehadiran analogi
berfikir dan jenis model pembelajaran MMI menunjukkan bahwa kompleksnya pola
pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik sangat menuntut para desain
prosedur pembelajaran untuk bisa menciptakan sistem ICT yang mendukung ke arah
terciptanya inter-Trainet dalam proses pembelajarannya.
d.
Kreativitas
berdasarkan interaksi dimensi dalam meta kecerdasan diperluas dengan
pemaknaan ganjaran dan relaksasi untuk berfikir lateral
|
Penerapan
managemen ICT
|
Interaksi
belahan otak melalui frontal, temporal parietal dan occipital
|
Mapping
concept
|
Kemandirian
dalam belajar dan advanture organizer
|
Abstraksi,
dan perasaan
|
POLA
PEMBELAJARAN UNTUK PT
|
Adaptasi,
modalitas dan fleksibillitas kognitif yang berkembang dalam koordinasi
kinestetik
|
Kolaboratif
model dengan problem baset learning
|
Prosedur desain
intruksional berbasis teknologi informasi dan komunikasi :
·
Unit assesment
·
Intructional prompt(identitas, petunjuk)
·
Menu utama(tujuan, materi, evaluasi)
·
Alur pembelajaran
·
Stimulus- respons terkondisi
·
Refleksi
|
Pola
pembelajaran pada jenjang yang lebih tinggi lagi seperti pada perguruan tinggi
sebagaimana diilustrasikan diatas ternyata kehadiran dan hasil analisis
terhadap mapping concept, kemandirian
dalam belajar serta kolaboratif sumber belajar cukup memberikan warna yang
menunjukkan bahwa pola pembelajaran lebih sempurna.
Khusus untuk
kemandirian mengindikasikan bidang garapan bahwa pengaruh dari pengemasan pesan
pembelajaran darri bidang garapan teknologi intruksional cukup memberikan
dampak yang berarti bahwa pola pembelajaran bisa diciptakan sendiri oleh pesera
didik. Demikian pula dengan dampaknya terhadap desain logika sistem
pembelajaran dalam model-model yang disajikan secara otomatis, baik pada
tataran mikro maupun makro akan menjadi target yang seharusnya terwujud dalam
proses pembelajaran yang diselenggarakan.
3.
Pola
Pembelajaran Berdasarkan Teknologi Komunikasi dan Informasi
Seiring
dengan perkembangan zaman dan era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
produk dan pemanfaatan teknologi informasi, maka konsepsi penyelenggaraan
pembelajaran telah bergeser pada upaya perwujudan pembelajaran yang modern.
Seiring
dengan temuan dan perkembangan software dan hardware dalam upaya mewujudkan
konsep pembelajaran-pembelajaran modern, maka di era tahun 1997- sekarang ini,
kelompok software intellegence ini
berhasil menemukan pola-pola berpikir dan pemberdayaan kemampuan otak manusia
yang mampu mengimbangi kecepatan kerja hardware
intellegence, mereka inilah yang memunculkan konsep-konsep belajar quantum,
accelerated learning, integrated learning.
Dari uraian di
atas, maka konsep-konsep pembelajaran modern diharapkan mampu menggabungkan
produk dari kelompok-kelompok software intellegence dan hardware intellegence
dalam dunia pembelajaran. Pandangan dasar penulis terhadap teknologi informasi
awalnya sederhana, yaitu mereka hanya diciptakan untuk membantu mempercepat
segala sesuatu yang berhubungan dengan pengemasan, transformasi, dan penyebaran
serta penampilan informasi. Akan tetapi jika ditelaah lebih jauh, ternyata
bahwa cara kerja teknologi informasi ini bersifat mendalam. Sebagai contoh
dalam menganalisis perilaku manusia, maka teknologi informasi akan menampilkan
apa yang tidak mampu dilihat atau didengar dengan alat indra. Disisi lain ia
juga coba menguraikan apa yang tidak bisa diuraikan dengan kemampuan peta
konsep manusia yang masih terbatas dengan pengalamannya, dengan demikian
keluasan pengalaman akan mampu dibantu oleh analisis kerja teknologi informasi
ini.[5]
Barry Morris (1963:
11) yang
dikutip dalam bukunya Rusman mengklasifikasikan
empat pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
1.
Pola
pembelajaran Tradisional 1
Pola
pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran
dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru
dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan
kepada siswa.
Dalam
pola pengajaran tradisional ini, pengajar (guru) memegang peran utama dalam
menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar
siswa. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Dalam pola
interaksi edukatif ini, guru kelas mendominasi kegiatan belajar mengajar.
Pola
pengajaran seperti ini belum atau tidak memberikan peluang pada penggunaan
teknologi dalam pengajaran., buku-buku, papan tulis, media pengajaran,
perpustakaan belum berperan dalam proses belajar mengajar. Pola pengajaran
seperti ini tida memberikan ruang bagi pengembangan teknologi dalam pengajaran.
Pola
pengajaran tradisional dalam pengajaran bahasa asing akan lebih bertumpu pada
keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara hanya kadang-kadang.
2. Pola pembelajaran tradisional 2
Pola
(guru+alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu
oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
Perkembangan
ilmu pengetahuan telah mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul kecenderungan
membakukan masukan atau standarisasi input ke dalam sistem peengajaran. Sementara
itu, perkembangan teknologi, khususnya perlengkapan media dan fasilitas
pengajaran juga mengalami kemajuan.
Kecenderungan
pembakuan ini selain dikarenakan alasan ekonomis, namun juga memberikan
keuntungan lain, yaitu memberikan keuntungan lain, yaitu memudahkan adanya
perbaikan control dalam proses pengajaran. Standarisasi ini berlaku untuk
pengadaan buku-buku sekolah, desain gedung dan fasilitas sekolah, bentuk
papan tulis, media instruksional, perpustakaan, dan laboratorium.
Dampak
munculnya input dalam pengajaran ini, maka pla pengajaran mempunyai
komponen-komponen baru berupa peralatan yang dipergunakan oleh guru sebagai
sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Alat bentu
pengajaran tersebut kemudian dikenal sebagai media pengajaran.
Munculnya
media pengajaran merupakan sumber belajar lian selain guru di dalam pola
pengajaran model ini. Dalam pola ini, guru masih tetap memegang peranan
menentukan dalam mengontrol kegiatan belajar mengajar dikelas, nemun tidak
mutlak 100% karena sudah didukung oleh sumber belajar lain, yaitu media.
Dalam
pengajaran bahasa asing, guru juga dituntut untuk mampu mengoperasikan media
pengajaran yang ada, baik tinggal mmanfaatkan ataupun media yang harus dibuat.
3. Pola pembelajaran guru dan
media
Pola(guru)+(media)
dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru
yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai
sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa
dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagaii sumber belajar,
misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran,
media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian
antara guru an medai berinteraksi dengan siswa.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi membawa implikasi meluasnya cakrawala umat
manusia dalam ilmu pengetahuan. Generasi saat ini harus lebih banyak belajar
daripada generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang akan datang juga harus
menjadi generasi terdidik yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
teknologi.
Implikasi
yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan umat manusia dari generasi ke generasi juga menuntut sistem
pendidikan dan kepelatihan yang sangkil dan mangkus. Segala macam pengetahuan
dan pesan, baik yang verbal maupun nonverbal, perlu ditransformasikan dalam
sistem baru. Oleh sebab itu, maka kemudian media bukan saja merupakan hasil
pengetahuan manusia, namun juga merupakan sarana mengkomunikasikan pengetahuan
dan pesan tersebut. Terlebih lagi, bentuk transformasi tersebut juga dapat sebagai
sarana mengembangkan keterampilan khusus dengan menggunakan teknik-teknik
mutakhir.
Standarisasi
pada input yang telah muncul pada pola pengajaran yang dibantu dengan
media,pada perkembangannya ternyata belum dapat menjamin hasil belajar yang
optimal. Oleh sebab itu diperlukan standarisasi lain dalam proses belajar
mengajar. Muncullah kecenderungan sistem belajar lain (selain guru) yang
dirancang sumber belajar tersebut berbentuk media yang disusun oleh sekelompok
ahli media. Jadi pola pengajaran yang berbentuk ini adalah pola yang
menghadirkan guru di satu sisi, dan guru dengan media di sisi lain, dan
bersama-sama berinteraksi dengan siswa. Dalam hal ini, kehadiran guru berfungsi
untuk melakukan kontrol terhadap disiplin dan minat belajar siswa. Sumber belajar
yang berbentuk media akan mengontrol penyajian materi pelajaran.
Dalam
pengajaran bahasa asing, guru akan tetap muncul dan hadir di kelas, namun media
juga turut dikembangkan dengan detail secara bersama-sama. Terlebih lagi
dalam pengajaran keterampilan berbahasa, yang menuntut penguasaan reseptif
meupun produktif lisan dan tulis.
4. Pola pola pembelajaran bermedia
Pola
pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan
media atau bahan pembelajaran yang disiapkan bahan atau materi pembelajaran apa
saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai seumber
belajar siswa yang utama.
Pola
pengajaran ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan dalam
kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu. Munculnya
tuntutan profesionalisme tenaga guru yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah
tenaga pengajar yang tebatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola
pengajaran ini. Sementara penambahan jumlah tenaga pengajar profesional tidak
dapat dilakukan secara kilat. Maka muncul upaya untuk menemukan dan
mengembangkan media pengajaran.
Lalu
dimana letak tugas pengajar pada pola ini? Tenaga pengajar yang profesional
dapat diberi tugas untuk mempersiapkan bahan pengajaran secara sistematis dan
terprogram dalam bentuk modul atau paket belajar. Keadaan siswa yang telah
cenderung belajar dengan sistem mandiri, akan memudahkan mereka dalam
berinteraksi langsung dengan media pengajaran yang telah dipersiapkan oleh para
ahli media dan guru.
Dalam
pengajaran bahasa asing, pola ini tidak mewajibkan bahkan meniadakan guru.
Pengajaran berlangsung dengan media pengajaran, misalnya dalam proses belajar
mengajar dengan modul, mesin pengajaran, dan pengajaran berprogram dalam
belajar mandiri. Kelemahan dari pola ini adalah bahwa dalam kenyataannya, media
tidak dapat mendidik siswa. Dengan pola pengajaran ini, kehadiran guru dapat
digantikan oleh media yang diciptakannya.
Pola-pola
pembelajaran diatas memberikan gambaran bahwa seiring dengan pesatnya
perkembangan media pembelajaran, baik software maupun hardware,
akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber
belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran,
media komputer atau yang sering kita kenal dengan pembelajaran berbasis
computer (CBI
atau computer based intruction), baik model drill,
toturial, simulasi maupun instructional games ataupun dari internet.
Sekarang ini atau
dimasa yang akan datang, peran guru tidak hanya sebagai director of learning,
yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa
melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan, bukan
tidak mungkin dimasa yang akan datang peran media sebagai sumber informasi
utama dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia), seperti halnya
penerapan pembelajaran berbasis komputer (computer based instruction),
disini peran guru hanya sebagai fasilitator belajar saja.
Dalam versi lain menyebutkan
bahwa, pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat
beraneka ragam coraknya, mulai dari gerakan yang di dominasi oleh guru sampai
kapan kegiatan yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Pola
interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan. Sedangkan variasi
kegiatan bisa berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan
atau demonstrasi. Dalam mengadakan variasi, guru
perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi: kesesuaian,
kesewajaran, kelancaran, dan kesinambungan, perencanaan bagi alat atau bahan
yang memerlukan penataan khusus.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola pembelajaran merupakan suatu bentuk pelaksanaan
pembelajaran yang melibatkan jalur atau peta dan aturan suatu aktivitas
pembelajaran, baik tanpa ataupun dengan bantuan media pembelajaran.
Pada
hakikatnya yang dimaksud dengan pola dalam sistem pembelajaran akan berhubungan
dengan desain, sistem, strategi,
pemanfaatan media, pendekatan pembelajaran dan teknologi informasi dan
komunikasi. Jika kembali pada ide seorang desainer pembelajaran, maka pola
intruksional adalah produk dari hasil pikir berdasarkan pendekatan sistem yang
ia kembangkan. Dengan demikian pola intruksional ini merupakan salah satu produk
pada tahapan dalam sebuah implementasi konsep intruksional teknologi dalam
pembelajaran.
Pola-Pola Pembelajaran terdiri dari: pola pembelajaran mikro dan makro dalam sistem teknologi informasi,
pola pembelajaran berdasarkan analisis perilaku
psikologi dan biologi, pola pembelajaran berdasarkan teknologi komunikasi dan informasi.
B. Saran
Penulisan
makalah ini kami harapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami pola-pola pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdulhak, Ishak dan Deni Darmawan. 2013. Teknologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman.
2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.
http://fitrianahadi.blogspot.com/2014/12/macam-macam-pola-Pembelajaran.html. Diakses pada tanggal 28 November 2016.
[1] http://fitrianahadi.blogspot.com/2014/12/macam-macam-pola-pembelajaran.html?m=1. Diakses pada tanggal
28 November 2016.
[2] Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi
Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 241.
[3] Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi
Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 209-210.
[6]Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2013), 134-137.
Comments
Post a Comment