BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur yang
menentukan martabat atau kemajuan suatu bangsa. Dengan mencermati mutu
pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat memperkirakan peringkat
negara tersebut di antara negaranegara di dunia. Oleh karena itulah, bangsa
yang maju akan selalu menaruh perhatian besar terhadap dunia pendidikannya,
dengan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti
meningkatkan anggaran pendidikan, menyelenggarakan berbagai lomba dalam
berbagai aspek pendidikan, atau mengirimkan para tunas bangsa untuk menimba
ilmu di negara lain. Beragam upaya ini dilakukan karena kesadaran akan
pentingnya pendidikan, dan keyakinan bahwa bangsa yang mengabaikan pendidikan
akan menjadi bangsa yang tertinggal, yang akan kalah bersaing dengan
bangsa-bangsa lain.
Di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu
dari empat masalah pokok pendidikan yang telah diidentifikasi sejak tahun
60-an. Perhatian terhadap pendidikan memang cukup besar, namun meskipun sudah
banyak usaha yang dilakukan, sampai kini masalah mutu pendidikan tampaknya
belum dapat diatasi. Keluhan tentang rendahnya mutu lulusan masih terus
bergema. Lulusan SD, SLTP, dan SLTA belum mampu bernalar dan berpikir kritis,
serta masih tergantung kepada guru. Kemampuan siswa untuk mandiri belum
terwujud, sehingga prakarsa siswa untuk memulai sesuatu tidak terlampau sering
ditemukan. Penguasaan siswa lebih terfokus pada pengetahuan faktual karena
itulah yang dituntut dalam ujian akhir. Pangkal penyebab dari semua ini tentu
sangat banyak tetapi tudingan utama banyak ditujukan kepada guru karena gurulah
yang merupakan ujung tombak di lapangan yang bertemu dengan siswa secara terprogram.
Oleh karena itu, guru dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap hasil yang dicapai oleh siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kinerja guru?
2. Apa indikator kinerja guru?
3. Apa faktor yang mempengaruhi kinerja
guru?
4. Bagaimana urgensi penilaian kinerja
guru?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kinerja Guru
Setiap
individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi
tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan
konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Kinerja adalah tingkat
keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah
ditetapkan. Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.[1]
Maka
dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah tingkat
keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta
kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.
B. Indikator-Indikator Kinerja Guru
Kinerja
seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan
keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang
tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan.
Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat
menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa
tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral
kerja guru.
Ada beberapa indikator yang dapat dilihat peran guru dalam
meningkatkan kemampuan dalam proses belajar mengajar. Indilator tersebut antara
lain:
1. Kemampuan membuat perencanaan dan
persiapan mengajar.
2. Penguasaan materi yang akan
diajarkan kepada siswa
3. Penguasaan metode dan strategi
mengajar
4. Pemberian tugas-tugas kepada siswa
5. Kemampuan mengelola kelas
6. Kemampuan melakukan penilaian dan
evaluasi[2]
C. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Guru
Guru
merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang
berperanan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan
percerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal
yang membawa dampak pada perubahan kinerja
guru. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dapat diungkap
tersebut antara lain :[3]
1.
Kepribadian
dan Dedikasi
Kepribadian
adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan
fisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran
dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang
ditentukan oleh kepribadiannya. Kepribadian inilah yang akan menentukan apakah
ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan
menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak
didik yang masih kecil dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa.
Kepribadian adalah suatu cerminan dari citra seorang guru dan akan mempengaruhi
interaksi antara guru dan anak didik. Oleh karena itu kepribadian merupakan
faktor yang menentukan tinggi rendahnya martabat guru. Kepribadian guru akan
tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.
Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai guru, ini berarti tercermin suatu dedikasi
yang tinggi dari guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik
2.
Pengembangan
Profesi
Profesi
guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak ketinggalan. Tetapi pekerjaan itu
harus diterapkan kepada masyarakat untuk kepentingan masyarakat umum, bukan
untuk kepentingan individual, kelompok, atau golongan tertentu. Dalam
melaksanakan pekerjaan itu harus memenuhi norma-norma itu. Orang yang
melakukan pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki
daya pikir, ilmu dan keterampilan yang tinggi. Di samping itu ia juga dituntut
dapat mempertanggung jawabkan segala tindakan dan hasil karyanya yang
menyangkut profesi itu.
Upaya
meningkatkan profesionalisme guru di antaranya melalui
a.
Peningkatan kualifikasi dan persyaratan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar,
b.
Program
sertifikasi,
c.
Mengoptimalkan
fungsi dan peran kegiatan dalam bentuk PKG (Pusat Kegiatan Guru), KKG (Kelompok
Kerja Guru), dan MGMP (musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang
memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman
dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.
3.
Kemampuan
Mengajar
Guru
harus memiliki kemampuan merencanakan
pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran,
memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan
siswa, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar.
Kemampuan
mengajar guru sebenarnya merupakan
pencerminan penguasan guru
atas kompetensinya. Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan standar
tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai
seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa, keterampilan siswa, dan
perubahan pola kerja guru yang makin meningkat, sebaliknya jika kemampuan
mengajar yang dimiliki guru sangat sedikit
akan berakibat bukan saja menurunkan prestasi
belajar siswa tetapi juga menurunkan tingkat kinerja guru itu sendiri.
4.
Antar
Hubungan dan Komunikasi
Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika ada hubungan dan komunikasi
yang baik dengan siswa sebagai komponen yang diajar. Kinerja guru akan
meningkat seiring adanya kondisi hubungan dan komunikasi yang sehat di antara
komponen sekolah sebab dengan pola hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik
mendorong pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik.
Terbinanya
hubungan dan komunikasi di dalam lingkungan sekolah memungkinkan guru dapat
mengembangkan kreativitasnya sebab ada jalan untuk terjadinya interaksi dan ada
respon balik dari komponen lain di sekolah atas kreativitas dan inovasi
tersebut, hal ini menjadi motor penggerak bagi guru untuk terus
meningkatkan daya inovasi dan kreativitasnya.
5.
Hubungan
dengan Masyarakat
Manfaat
hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru melalui
peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang kontinu dan proses
saling memberi dan saling menerima serta membuat instrospeksi sekolah dan guru
menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat diketahui oleh masyarakat
sehingga guru akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik.Apabila guru
tidak mau belajar dan tidak mampu menampilkan diri sangat mungkin masyarakat
tidak akan menghiraukan mereka. Keadaan ini seringkali menimbulkan cap kurang
baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar.
6.
Kedisiplinan
Disiplin
adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu
aturan yang dilakukan secara sadar
tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana
sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu
pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan
disiplin yaitu agar kegiatan sekolah
dapat berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tentram dan setiap guru
beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi
kebutuhannya.
7.
Kesejahteraan
Profesionalitas
guru tidak saja dilihat dari kemampuan guru dalam mengambangkan dan memberikan
pembelajaran yang baik kepada peserta didik, tetapi juga harus dilihat oleh
pemerintah dengan cara memberikan gaji yang pantas serta berkelayakan. Bila
kebutuhan dan kesejahteraan para guru telah layak diberikan oleh
pemerintah, maka tidak akan ada lagi guru yang membolos karena mencari tambahan
diluar.
Peningkatan
kesejahteraan berkaitan erat dengan insentif yang diberikan pada guru. Insentif
dibatasi sebagai imbalan organisasi pada motivasi individu, pekerja menerima
insentif dari organisasi sebagai pengganti karena dia anggota yang
produktif dengan kata lain insentif adalah upah atau hukuman yang diberikan
sebagai pengganti kontribusi individu pada organisasi.
8.
Iklim
Kerja
Iklim
kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, sosial
dan budaya yang mempengaruhi sikap individu dan kelompok dalam lingkungan
sekolah yang tercermin dari suasana hubungan kerjasama yang harmonis dan
kondusif antara Kepala Sekolah dengan guru, antara guru dengan guru yang lain,
antara guru dengan pegawai sekolah dan keseluruhan komponen itu harus
menciptakan hubungan dengan peserta didik sehingga tujuan pendidikan dan
pengajaran tercapai
D. Penilaian Kinerja Guru
Penilaian
adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
sebagai bahan dalam rangka pengambilan keputusan. Dengan
demikian, dalam setiap kegiatan penilaian, ujungnya adalah
pengambilan keputusan. Penilaian kinerja ketua program keahlian tidak
hanya berkisar pada aspek karakter individu melainkan juga pada hal-hal yang
menunjukkan proses dan hasil kerja yang dicapainya seperti kualitas, kuantitas
hasil kerja, ketepatan waktu kerja, dan sebagainya.
Mulai
tahun ini pemerintah akan menilai kinerja guru yang akan mempengaruhi tunjangan
profesi dan kenaikan pangkat, Dengan diterapkannya Penilaian Kinerja Guru
2013, para guru dituntut untuk mempersiapkan diri terutama di
beberapa aspek dalam lingkup kompetensi pedagogik dan professional mereka.
Diantara aspek yang dimaksud adalah kegiatan perancangan, pelaksanaan yang
mencakup kegiatan awal, inti dan akhir. Sedangkan aspek yang ketiga adalah
evaluasi.
Pelaksanaan
Penilaian Kinerja Guru meliputi penilaian formatif dan sumatif. Dalam satu tahun
pelajaran, sekurang-kurangnya pelaksanaan penilaian kinerja sebanyak dua kali
yakni awal tahun pelajaran dan akhir tahun pelajaran. Artinya setiap semester
guru akan dinilai kinerjanya.
Jabatan
fungsional Guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai: ruang
lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan
kegiatan
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik
Fungsi Penilaian Kinerja Guru adalah :
1. untuk menilai kemampuan guru dalam
menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses
pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/ madrasah
2. Untuk menghitung angka kredit yang
diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada
tahun tersebut
Penilaian
terhadap guru dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Guru Pembina yang ditunjuk
oleh Kepala Sekolah. Syarat penilai:
1. Menduduki jabatan/pangkat paling
rendah sama dengan jabatan/pangkat guru/ kepala sekolah yang dinilai
2. Memiliki sertifikat pendidik
3. Memiliki latar belakang yang sesuai
dan menguasai bidang kajian guru/kepala sekolah yang akan dinilai
4. Memiliki komitmen yang tinggi
untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
5. Memiliki integritas diri, jujur,
adil, dan terbuka
6. Memahami PK Guru dan dinyatakan
memiliki keahlian serta mampu untuk menilai kinerja guru/kepala sekolah
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Kinerja guru profesional adalah
tingkat keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah
ditetapkan.
2. Indikator kinerja guru antara lain: kemampuan
membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan
diajarkan kepada siswa, penguasaan metode dan strategi mengajar ,
pemberian tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas dan kemampuan melakukan
penilaian dan evaluasi.
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja guru profesional: kepribadian dan dedikasi , kengembangan profesi,
kemampuan mengajar, antara hubungan dan komunikasi, hubungan dengan masyarakat,
kedisiplinan, kesejahteraan dan Iklim kerja.
4. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
meliputi penilaian formatif dan sumatif. Dalam satu tahun pelajaran,
sekurang-kurangnya pelaksanaan penilaian kinerja sebanyak dua kali yakni awal
tahun pelajaran dan akhir tahun pelajaran. Artinya setiap semester guru akan
dinilai kinerjanya
DAFTAR
PUSTAKA
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Perushaan.
Jakarta: Bina Aksara.
Mangkunegara, Anwar Prabu.
2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rosda Karya.
Sulistyorini. 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial
Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Bandung: Rosda
Karya.
[2] Sulistyorini, Hubungan antara Keterampilan Manajerial
Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru (Bandung: Rosda
Karya, 2001) 62-70.
Comments
Post a Comment