KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA_BERBICARA


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana  untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang  bersifat abstrak. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal  memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian Keterampilan Berbicara?
2.    Apa Tujuan Keterampilan Berbicara?
3.    Apa Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara?
4.    Apa Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara?
C.  Tujuan
1.        Untuk mengetahui Pengertian Keterampilan Berbicara.
2.        Untuk mengetahui Tujuan Keterampilan Berbicara.
3.        Untuk mengetahui Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara.
4.        Untuk mengetahui Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Keterampilan Berbicara
Menurut Nurgiyantoro berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan  akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan.[1] Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar  (audible) dan yang kelihatan  (visible)  yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud  dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Berdasarkan pendapat  di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah  pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.
Kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi. Manusia adalah mahluk sosial. Manusia baru akan menjadi manusia bila ia hidup dalam lingkungan manusia. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat dapat mewujudkan bermacam aneka bentuk. Lingkungan terkecil adalah keluarga, dapat pula dalam bentuk lain seperti perkumpulan sosial, agama, kesenian, olah raga, dan sebagainya.
Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri.Berdasarkan kegiatan komunikasi lisan, cakupan kegiatan berbicara sangat luas. Daerah cakupan itu membentang dari komunikasi lisan yang bersifat informal sampai kegiatan komunikasi lisan yang bersifat formal. Semua kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan pembicara dan pendengar termasuk daerah cakupan berbicara. Daerah cakupan berbicara meliputi kegiatan komunikasi lisan sebagai berikut:
1.             berceramah,  
2.             berdebat,
3.             bercakap-cakap,
4.             berkhotbah,
5.             bertelepon,
6.             bercerita,
7.             berpidato,
8.             bertukar pikiran,
9.             bertanya,
10.         bermain peran,
11.         berwawancara,
12.         berdiskusi,
13.         berkampanye,
14.         menyampaikan sambutan, selamat, pesan,
15.         melaporkan,
16.         menanggapi,
17.         menyanggah pendapat,
18.         menolak permintaan, tawaran, ajakan,
19.         menjawab pertanyan,
20.         menyatakan sikap,
21.         menginformasikan,
22.         membahas,
23.         melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan),
24.         menguraikan cara membuat sesuatu,
25.         menawarkan sesuatu,
26.         meminta maaf,
27.         memberi petunjuk,
28.         memperkenalkan diri,
29.         menyapa,
30.         mengajak,
31.         mengundang,
32.         memperingatkan,
33.         mengoreksi,
34.         tanya-jawab.
Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek keterampilan bahasa lainnya adalah menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.
B.  Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya pembicara memahami  makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu:[2]
1.    menghibur,
2.    menginformasikan,
3.    menstimulasi,
4.    meyakinkan, dan
5.    menggerakkan.
Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik.  Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
C.  Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada  audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara.  Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan adanya penguasaan bahasa, keberanian dan ketenangan, kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.
Faktor  penunjang pada kegiatan berbicara adalah adanya faktor kebahasaan, meliputi: [3]
1.             ketepatan ucapan,
2.             penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
3.             pilihan kata,
4.             ketepatan penggunaan kalimat serta  tata bahasanya,
5.             ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan  faktor nonkebahasaan, meliputi sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
6.             pandangan harus diarahkan ke lawan bicara,
7.             kesediaan menghargai orang lain,
8.             gerak-gerik dan mimik yang tepat,
9.             kenyaringan suara,
10.         kelancaran,
11.         relevansi, penalaran, dan
12.         penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yangmempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan  (linguitik)  dan nonkebahasaan (nonlinguistik).
D.  Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan  dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1.     Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar partisipan.
2.    Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
3.     Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar  (audible) dan yang kelihatan  (visible)  yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud  dan tujuan gagasan atau ideide yang dikombinasikan.
2.    Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi.
3.    Faktor-faktor yangmempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan  (linguitik)  dan nonkebahasaan (nonlinguistik).
4.    Tiga faktor penyebab gangguan  dalam kegiatan berbicara, yaitu: Faktor fisik, faktor media, faktor psikologis.
B.  Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu penulis saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis agar bisa bekerja lebih baik dalam penyusunan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi. 1997.  Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP Yogyakarta.      
Tarigan, Djago.1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta:Depdikbud.

                                                                                                                   


[1] Djago, Tarigan, Pengembangan Keterampilan Berbicara, (Jakarta : Depdikbud, 1997)

[2] Ibid,.
[3] Haryadi,  Berbicara (Suatu Pengantar), (Diktat Perkuliahan: IKIP Yogyakarta, 1997)

Comments